Jumat, 20 Agustus 2010

Demam Jepang -> Korea (1)





Pernah saya bertanya-tanya, apa yang membuat saya akhir-akhir ini suka pada hal-hal yang berbau Korea. Padahal dulu, saya suka sekali pada hal-hal yang berbau Jepang. Mengenai Jepang, memang awalnya saya tertarik untuk mempelajari hurufnya yang unik. Hanya sebatas itu. Beruntungnya, SMP saya membuka ekstrakurikuler baru: Bahasa Jepang. Kemudian saya suka mempelajari budayanya, mulai dari baju kimono dan yukata, desain rumahnya yang unik -yang terbuat dari kertas- dan pintu gesernya, tradisi minum tehnya, cara bicaranya yang pendek-pendek namun menghentak, tentang geisha, dan lain-lain. Tetapi tiba-tiba ketertarikan saya mulai luntur ketika dosen elektif saya menurunkan motivasi saya untuk belajar Jepang. Pertemuan pertama beliau mengatakan:


"…saya pikir kenapa fakultas keperawatan mengadakan elektif Bahasa Jepang? Mungkin karena Anda ingin menjadi perawat di Jepang? Kemudian saya mencari-cari artikel tentang kangoshi/kangofu (perawat) yang bekerja di Jepang. Ternyata, perawat yang ingin bekerja di Jepang harus melewati beberapa tes. Namun, setelah lulus tes, Anda tidak secara otomatis langsung menjadi perawat, melainkan ditempatkan di panti jompo…"

(penurunan motivasi tingkat 1)


"…jika Anda ingin bekerja di rumah sakit Jepang, maka Anda harus melewati satu tes lagi yaitu tes huruf kanji. Orang Jepang sendiri belum tentu bisa mempelajari huruf kanji ini…"

(penurunan motivasi tingkat 2)


Kemudian saya mendengar radio, dikatakan bahwa biaya hidup termahal adalah Negara Jepang. (penurunan motivasi tingkat 3)


Hal ini mempengaruhi pandangan saya tentang Jepang. Awal saya memilih elektif Bahasa Jepang memang bukan untuk bekerja di sana, memang belum terpikirkan oleh saya. Saya memilihnya karena sekedar suka dan ingin mempelajari Jepang. Namun dengan perkataan-perkataan tadi, itu justru membuat saya berpaling. Jujur waktu itu saya langsung ill feel dan ingin mengubah elektif saya ke psikologi saja, tapi pasti ribet. Jadinya saya teruskan walaupun semangat belajar saya menjadi kendor. Saya merasakan perbedaan ketika saya mempelajari Jepang waktu SMP dengan sekarang. Dulu, saya selalu berebut dengan teman lain untuk menjawab pertanyaan, yang juga berarti memperebutkan hadiah. Sekarang…nilai BC pun saya sudah bersyukur.

Nah, bagaimana dengan Korea? Simpel saja, saya suka karena artisnya. Wahaha…

Saya menganggap semua drama Asia yang ditayangkan di "TV Ikan" itu kalau logatnya bukan Jepang ya berarti dari Cina. Eh, ternyata tidak. Walaupun sama-sama Asianya (baca: sipit), ada yang dari Taiwan atau Korea. Nah, kebetulan drama yang membuat saya mematung di depan TV adalah drama Full House, Princess Hours, dan lebih membooming lagi, Boys Before Flowers. Dari mata, jatuh ke hati. Kemudian saya ingin tahu lebih banyak lagi tentang Korea.

Wah…nggak habis-habis nih kalau diteruskan. Haha…saya akan lanjutkan di posting berikutnya apa yang membuat mata saya terbuka lebar, tentang Korea. Hm, bagaimana dengan Anda? Apakah ada yang membuat Anda menjadi 'demam'?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komen yaa...jangan lupa kasih alamat blog kamu, nanti aku balik kunjungi ^_^
thanks!