Sabtu, 30 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

Hm…begitu panjang jalan menemukanmu

Perjalanan membawaku pada SMA. Entah bagaimana aku menata hati sehingga aku ingin merasakan perasaan yang sama kepada The Eagle Eye. Hm, iya sebelumnya ada satu sosok yang membuatku meloncat dengan spontan ketika melihatnya melintas. Dia tetangga temanku. Ia seperti tokoh komik -lagi- waktu itu. Namun itu berlalu begitu saja, dan akhirnya teman-temanku yang mengejarnya.

Kembali ke masa SMA, aku mencari sosok yang bisa menggantikan The Eagle Eye. Mencari beberapa kemungkinan ini dan itu yang kemudian tidak terjadi. Kalaupun ternyata aku bisa dekat, itupun karena mereka menjadi sahabatku. Terlebih mereka yang satu organisasi. Aku pun pernah secara konyol menceritakan pada teman curhatku bahwa aku menyukai seorang teman sekelas. Tapi, buktinya tidak terjadi apa-apa. Sama sekali tidak sekuat The Eagle Eyes…

Bertemu dengan teman-teman si Ketua Kelas. Kemudian salam darinya. Kemudian kutahu teman organisasiku adalah saudaranya. Kemudian…hanya sampai di situ saja.

"I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"

Minggu, 24 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

Hm…begitu panjang jalan menemukanmu

Ini part terpendek yang akan kuceritakan. Aku mengenal seorang teman yang diketawai karena bubuk roti yang menempel di mulutnya. Bagaimana caranya aku kemudian kenal dia, itu adalah jalan Tuhan. Pokoknya suatu hari aku ditanya apakah aku punya pasangan. Aku sudah punya firasat tidak nyaman. Benar saja, dia pengen ketemu sepulang sekolah. Tapi, yang satu ini aku benar-benar menghindarinya.

Kita boleh memilih bukan?

"I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"

Minggu, 17 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

Hm…begitu panjang jalan menemukanmu

Sampai aku mengenal sosok yang duduk di belakang bangkuku. Awalnya dia hanyalah teman bercanda. Lama-lama teman-teman menjodohkanku dengan dia. Aku tidak tahu apa alasannya. Setahuku, itu hanya bercanda.

Pertama, dia dan teman-temannya bilang mau ketemuan di gerbang sekolah. Aku lupa, benar. Tapi saat itu aku masih menghargai dengan balik ke gerbang sekolah. Waktu aku kembali, ternyata mereka sudah berjalan ke arah lain.

Kedua, surat kaleng yang disampaikan oleh teman sebangkunya padaku. Aku bertanya dari siapa, teman sebangkunya bilang ini dari anak luar. Sungguh aku bingung. Kemudian kutunjukkan surat itu pada teman sebangkuku. Tapi, teman sebangkunya selalu menyangkal. Ya sudahlah, daripada semakin bingung aku cuek saja. Saat kubaca suratnya, sama sekali tidak ada nama pengirimnya. Katanya, kalau mau balas surat itu taruh saja di bangkuku. Tahu tidak, yang ini aku lupa lagi. Untuk ini pun, aku harus kembali lagi ke kelas. Di surat balasan itu aku bilang bagaimana aku bisa menerima seseorang yang tidak memberitahu siapa dirinya? Percayalah, ini hal konyol…tapi sebenarnya aku tahu siapa dia.

Hm, aku tahu dia itu baik. Tapi kan namanya perasaan itu nggak bisa dipaksakan. Mungkin perasaan itu akan datang hanya kepada orang-orang yang terpilih saja.

"I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"

Senin, 11 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

    Hm…begitu panjang jalan menemukanmu

    Sampai pada waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda, saat aku bertemu dengan The Eagle Eyes.

    Dia adalah orang pertama yang membuatku cukup galau, dia orang pertama yang membuatku rajin menulis di diary, dia orang pertama yang membuatku cukup bersikap serius. Aku ingin tertawa ketika mengingatnya. Diaryku cukup banyak tertulis kata-kata seperti: 'pandangan mata' dan 'senyuman'. Dia di kehidupanku cukup merebut hati seperti yang dilakukan oleh seorang Jonathan Frizzy ataupun Kim Bum padaku. Percayalah, dia memang tidak kalah memukau dan tampan.

    Awalnya kenapa aku menyukainya adalah total karena ke-Ge eR-anku. Ya, agak konyol memang kalau aku mengakuinya. Mengingat usiaku saat itu adalah usia yang 'labil'. Yup, masa SMP, pencarian jati diri dimulai. Saat itu aku suka membaca komik dengan tokoh utama lelakinya yang digambarkan selalu saja tampan, keren, dan cool. Dan dia tidak jauh dari itu semua, ditambah kepiawaiannya dengan basket.

    Saat itu ada classmeeting pertama. Aku dan teman-temanku tentu saja berkumpul di depan kelas. Duduk dan berdiri di depan bangku-bangku kelas yang dibawa keluar. Entah ada apa, waktu itu aku bercanda dengan teman-temanku. Kami tertawa bersama, hingga akhirnya aku secara tidak sengaja menoleh ke arah depan kelasnya. Di sana, aku tidak sengaja melihat dia juga tertawa dan melihat ke arahku. Apakah yang ia tertawakan, apa ia ikut tertawa bersama kami, itu masih menjadi sebuah pertanyaan buatku. Sejak saat itu aku merasakan sesuatu yang aneh dan rasa ingin tahuku yang besar.

    Hari-hari selanjutnya, karena aku masih penasaran dengan sosok yang belum kukenal secara akrab, aku selalu mencari sosoknya. Asalkan dia sudah kulihat, aku akan sangat senang dan menuliskannya pada diaryku sekedar untuk memberi laporan bahwa, hari itu aku melihatnya. Berhari-hari aku melakukan hal yang sama: mencari sosoknya. Beruntungnya, tempat dudukku dekat dengan pintu kelas. Jadinya, di sela-sela pelajaran aku bisa melihat kelasnya. Walaupun ternyata dia duduk di belakang, aku masih berharap bisa melihat dia. Berharap dengan langkah mata-mataku ini, aku bisa tahu siapa namanya ketika dia bersama dengan teman-temannya.

    Singkat cerita, aku kemudian tahu namanya. Kemudian aku berbagi rahasia dengan teman sebangkuku. Lalu teman sebangkuku ini pernah berbicara pada The Eagle Eyes kalau aku suka padanya. Ah, lagi-lagi seperti cerita di komik. Waktu itu aku sempat panik, tapi kemudian aku menjadi tidak percaya dengan cerita temanku. Mungkin teman sebangkuku itu sebal menghadapiku dengan ceritaku setiap hari yang intinya, 'Eh, dia ngeliat aku lo…', begitu berulang-ulang setiap hari walaupun aku tidak tahu hal itu benar-benar terjadi atau tidak. Bahkan mungkin ia bosan karena berkali-kali aku menanyakan kesungguhannya dalam memberitahu 'The Eagle Eyes' bahwa aku suka padanya. Haha…terkadang anak manusia yang paling pengecut pun bisa bertindak nekat. Aku rasa teman sebangkuku ini bisa mati bosan kalau ia hanya mengenalku di dunia ini. Kemudian aku menjadi akrab dengan teman yang ternyata adalah teman SDnya. Kemudian aku secara tidak sengaja mendapat pinjaman buku diary yang diisi oleh teman-teman SDnya. Buku itu berisi biodata semua teman-temannya. Lalu aku merekam dalam otak tentang nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat The Eagle Eyes. Aku merekan semuanya dalam beberapa menit.

    Tapi, aku yakin ketika kelas dua saat keisenganku muncul. Di lapangan basket, aku mencoba mencari sosoknya lagi lewat jendela. Dan aku menemukan matanya sedang mengarah padaku. Aku tahu itu miliknya, karena itu mata yang paling kusukai dan kucari-cari. Kedua, saat aku berjalan dari arah lobi depan menuju perpustakaan aku melihat sepasang mata yang menatapku tajam. Karena begitu takut akan mata itu, aku menyuruh teman sebangkuku untuk melihatnya. Ia bertanya, yang mana? Lalu aku menjawab, itu, yang sedang berbicara dengan si A. Karena tak kunjung menjawab, aku menoleh ke arah temanku dan mendapatinya sedang tersenyum padaku. Kemudian ia menjawab bahwa itu mata The Eagle Eyes. Betapa terkejut dan bukan main senangnya saat mengetahui itu benar-benar dia. Aku bisa melihatnya saat ia tidak lagi melihatku.

    Hari-hari selanjutnya yang kuingat tentangnya,

  1. Saat dia menembak seorang teman di kelas D (lihat, aku merekam semuanya) yang memang begitu cantiknya. Aku diajak temanku mengerjakan PRnya di kelas pagi. Di tempat parkir itu, aku melihatnya. Itulah saat aku tahu namanya. Dengan lancang pula, aku berteriak dari dalam kelas, 'Sori ngintip'. Entah dia mendengar atau tidak…yang kutahu, dia sempat berpacaran dengan gadis itu. Percaya, part ini selalu kutuliskan di cerpen atau komik yang kubuat setelah itu.
  2. Aku menjadi remaja yang seperti kehilangan sesuatu karena setiap hari selalu saja dia yang kucari. Aku juga sempat nekat saat 3 hari berturut-turut tidak melihatnya. Saat istirahat pun aku masuk ke kelas itu (nekat banget, padahal sebelumnya belum pernah melakukan ini). Dan menemukan tulisan di papan absen kalau dia sakit. Aku sempat takut dia pindah sekolah.
  3. Momen JJS sekolahku sempat berjalan di barisan depannya dan teman-temannya. Saat itu AKU BENAR-BENAR GUGUP. Bayangkan saja, teman-temanku bisa bercanda dengan teman-teman di belakangku, aku dengan kaku melihat lurus ke depan. Berbicara pun, aku berusaha lirih. Temanku yang mengetahui ini menggodaku habis-habisan. Aku ingat ia tiba-tiba memukul pundakku dengan keras, entah kenapa. Tapi, itu bisa membuatku melambung tinggi.
  4. Aku dan dia sama-sama menjadi pengurus OSIS yang mengurus zakat fitrah. Ketika kami sama-sama menata beras, aku yang berada di pintu mendapat ucapan permisi darinya. Itu ucapan pertamanya untukku. Kemudian aku juga mendapat ucapan permisinya di perpustakaan yang sepertinya lebih ditujukan pada temanku.
  5. Kebiasaanku adalah, ketika pulang suka berjalan ke arah pertigaan. Walaupun sebenarnya aku bisa langsung menyetop angkot yang lewat depan sekolahku. Kalau bisa, aku harus berjalan di belakangnya. Karena aku suka melihat punggungnya. Sampai beberapa tahun lulus pun, aku masih mengharap bisa melihatnya di pertigaan itu.
  6. Ketika menjelang perpisahan, aku sempat berkunjung ke rumah teman di pertigaan itu. Aku berjalan bersama seorang teman, di depanku berjalan The Eagle Eyes dengan sahabatnya. Kemudian aku bertanya pada temanku siapa orang yang ia suka. Ia bercerita kalau orang yang ia suka sedang berjalan di depannya. Ia pun penasaran siapa orang yang kusuka, waktu itu aku sungguh geli ingin menjawab kalau orang yang kusuka sedang berjalan bersama orang yang ia suka.
  7. Terakhir kali melihat dia, adalah punggungnya yang berbelok menjauh dariku di tembok kelas.
  8. Pertanyaan tentang, kenapa ia memperhatikanku pun masih belum terjawab.

    "I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"

Jumat, 01 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

Hm…begitu panjang jalan menemukanmu...

Saat seorang anak menawarkan cinta padaku, aku selalu saja panik, gugup, menolak, menangis. Sambil dalam hati berpikir, ada apa dengan pikiran anak jaman sekarang? Kenapa mereka terlalu dini untuk itu?

Lalu aku merasakan rasa suka pada orang pertama. Rasa ini tidak akan muncul jika bukan karena teman yang mengatakan bahwa sebenarnya ada seseorang yang suka padaku. Cerita tentangnya akan sangat panjang. Kusebut saja dia si Ketua Kelas.

Si Ketua Kelas adalah anak yang bandel, selalu saja mencari perhatian guru. Alasan itulah yang membuatnya menjadi Ketua Kelas Abadi, walaupun sempat terjadi peralihan ketua kelas (seingatku hanya satu kali). Duniaku dan dunianya sungguh berbeda. Dia dengan geng bandelnya, sementara aku dengan dunia biasaku. Pandanganku tentangnya saat itu, dia bukan apa-apa. Tidak pernah sekalipun aku benar-benar memikirkannya. Karena dia hanyalah orang lain buatku.

Entah bagaimana, tiba-tiba di kelas enam dia selalu mengambil kursi di sebelahku ketika mendapat tugas. Selalu. Setiap hari, dia akan mencontek pekerjaanku. Maka, sejak itulah pandanganku berubah. Walaupun memang dia masih orang lain buatku, tapi setidaknya aku pernah berbincang dengannya atau mendapatkan keusilannya.

Nah, suatu hari teman sebangkunya yang lebih bandel lagi ikut duduk di bangkuku. Saat si Ketua Kelas tidak ada, teman sebangkunya dengan sengaja berbicara dengan teman sebangkuku tentang alasan kenapa si Ketua Kelas selalu duduk di sampingku. Awalnya aku memang cuek, tapi melihat reaksi teman sebangkuku, aku menjadi ingin tahu. Lalu aku medengarnya. Entahlah, yang ada di pikiranku adalah hal-hal yang menyenangkan. Apalagi mengingat bahwa dia adalah ketua kelas. Maka, sejak itu hari-hariku berubah menjadi menyenangkan. Pergi ke sekolah menjadi semangat buatku. Kemudian aku rajin menulis diary.

"I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"