Jumat, 31 Desember 2010

The Story of A Picture, The Owner, and Two Picture Lovers

Cerita ini terjadi di sebuah rumah galeri milik seorang pelukis. Ada seorang anak yang bekerja pada si pelukis itu. Setiap harinya ia bertugas membersihkan rumah galeri. Si anak ini suka sekali mengamati lukisan yang dibuat oleh pelukis. Sampai-sampai pegawai lain menyebutnya The Silent Artist, karena suka mengamati lukisan baru dan berdiam diri di depan lukisan itu dalam waktu yang lama. Seiring berjalannya waktu, ia mulai bisa membaca apa yang ada di dalam sebuah lukisan. Setiap ada lukisan baru yang dibuat oleh tuannya, ia akan menerka apa sebenarnya yang tersirat dalam lukisan tersebut.

Karena usianya yang tua, pelukis ingin menutup rumah galerinya. Ia akan hidup bersama anaknya. Maka, ia akan membuat lukisan terakhir. Si anak sangat penasaran, apa lagi yang ingin disampaikan oleh tuannya melalui lukisan terakhir ini. Singkat waktu, jadilah lukisan terakhir yang hanya berisi: setangkai bunga yang amat cerah namun dengan latar belakang warna yang sendu. Si anak mulai menjadi The Silent Artist. Ia banyak menginterprestasikan arti lukisan terakhir itu dalam pikirannya. Pelayan yang lain mengamatinya lagi sambil bergumam, "Aku tahu dia menyukai setiap lukisan milik tuan kita walaupun ia tak pernah mengatakannya. Tapi aku rasa lukisan ini menjadi lukisan yang paling disukainya karena sudah beberapa hari yang lalu ia menantikannya". Pelukis tidak tahu tentang hal ini.

Beberapa waktu kemudian datanglah seorang pengoleksi lukisan yang kaya raya. Secara serentak ia berkenalan dengan pelukis, ia datang ke rumah galeri itu karena mendengar bahwa pelukis membuat lukisan terakhirnya dan ia ingin membelinya. Pelukis bertanya, "Bagaimana bisa Anda begitu yakin ingin membelinya kalau Anda belum melihatnya?"

"Saya menyukai karya Anda".

"Tapi Anda belum melihat lukisan terakhir saya".

"Saya yakin lukisan Anda selalu berkesan".

Sebenarnya, siapa di antara dua pecinta lukisan itu yang lebih layak?

Kisah ini kubuat karena sesuatu yang tiba-tiba berakhir sebelum sempat dimulai. Kisah ini membuat pertanyaan baru di kepalaku, apa alasannya untuk memilihmu? Apakah dia si anak kecil atau pengoleksi lukisan di kisah ini? Atau mungkinkah aku yang tak memiliki peran dalam kisah ini? Dan bagaimana kau bisa memperjuangkannya, sedangkan sebelumnya kau tak menaruh perasaan? Dan, aku tidak bisa merebut sesuatu yang sudah berkaitan dengan yang lain.

Sedangkan aku tahu banyak waktu kau memperhatikanku diam-diam…

Dan aku berpura-pura bersikap wajar, padahal dalam hati lebih dari itu…

Apa arti semua itu kalau kau memperjuangkan yang lain?

Dan bagaimana meyakinkan hati bahwa semuanya sudah berakhir sebelum sempat memulai?

Sabtu, 25 Desember 2010

Sorry, I'm Tired

Pernahkah anda merasa lelah berteman dengan seseorang?

Menjadi dekat dengan tanpa beban terasa lebih menyenangkan dibandingkan harus membayangkan hal-hal yang tak mungkin. Just keep touch and do something enjoyable…

Pertengkaran terakhir yang menguras air mataku. Sudah cukup untuk membelanya di depan yang lain, melindunginya, mencoba menghubunginya di saat yang lain tidak memikirkannya, mencoba meredam amarahnya ketika ia merasa selalu di atas dan benar, mengalah, menjadi yang minor saat dia selalu mayor dan bertindak seolah-olah aku tidak tahu apa-apa atau tidak bisa apa-apa. Menjadi bunyi yang rendah di saat ia menggurui. Menjadi sabar dan tetap tersenyum. Ini adalah sakit hatiku yang terakhir.

I'm tired of being the minor.

I've always live like this, keeping A COMFORTABLE DISTANCE.

Sabtu, 04 Desember 2010

Three Four and Five




Huah…capek aku. Lahir batin. Baru pertama ini aku tahu ada ucapan selamat ulang tahun yang berujung salah paham. Apalagi jejaring sosial yang bikin geger ikut andil di dalamnya.

Huah…

Perkenalkan, saya Kinanthi Rosyana, saya sanggup menanggung apapun beban dan saya terima apapun yang dilimpahkan pada saya. Saya mengakui bahwa tidak setiap saat saya bisa melakukannya, karena saya tidak selalu dalam mood yang baik dan dalam keadaan yang fit.

Saya tidak akan lagi menjelek-jelekkan teman saya di belakangnya. Karena saya tahu rasanya sakit sekali jika itu terjadi pada diri saya, namun saya butuh teman untuk mengadu dan memperbaiki perasaan saya.

Sabtu, 20 November 2010

Bismillah…



Rasa sedih itu datang lagi. Biarpun aku tahu itu kenapa, tapi aku akan pura-pura tidak tahu.

Sabtu, 13 November 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

Hm…begitu panjang jalan menemukanmu

Ada satu sosok lagi yang ingin kulupakan. Aku begitu tidak suka dengan caranya. Ia sangat menampakkan diri untuk menyukaiku. Hal-hal ini adalah, mempersilakanku maju ke depan membacakan puisi, menungguku di gang rumah temanku (tanpa pernah kutemui), berbicara denganku di depan labkom, memfotoku diam-diam (kemudian aku meminta foto-foto itu lewat temanku dan memecahkan CDnya begitu saja!). Aku tidak suka caranya.
Membuatku kesal dengan kunjungannya yang mendadak ke rumah, dan untungnya aku mendapat SMS temanku. Aku kemudian kabur tapi malah bertemu dengannya. Lalu aku menangis saking kesalnya di rumah teman yang mengSMSku. Aku berkorban untuk pergi dengan angkot yang lama sekali…aku tidak suka bicara tentang ini!

"I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"

Sabtu, 30 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

Hm…begitu panjang jalan menemukanmu

Perjalanan membawaku pada SMA. Entah bagaimana aku menata hati sehingga aku ingin merasakan perasaan yang sama kepada The Eagle Eye. Hm, iya sebelumnya ada satu sosok yang membuatku meloncat dengan spontan ketika melihatnya melintas. Dia tetangga temanku. Ia seperti tokoh komik -lagi- waktu itu. Namun itu berlalu begitu saja, dan akhirnya teman-temanku yang mengejarnya.

Kembali ke masa SMA, aku mencari sosok yang bisa menggantikan The Eagle Eye. Mencari beberapa kemungkinan ini dan itu yang kemudian tidak terjadi. Kalaupun ternyata aku bisa dekat, itupun karena mereka menjadi sahabatku. Terlebih mereka yang satu organisasi. Aku pun pernah secara konyol menceritakan pada teman curhatku bahwa aku menyukai seorang teman sekelas. Tapi, buktinya tidak terjadi apa-apa. Sama sekali tidak sekuat The Eagle Eyes…

Bertemu dengan teman-teman si Ketua Kelas. Kemudian salam darinya. Kemudian kutahu teman organisasiku adalah saudaranya. Kemudian…hanya sampai di situ saja.

"I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"

Minggu, 24 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

Hm…begitu panjang jalan menemukanmu

Ini part terpendek yang akan kuceritakan. Aku mengenal seorang teman yang diketawai karena bubuk roti yang menempel di mulutnya. Bagaimana caranya aku kemudian kenal dia, itu adalah jalan Tuhan. Pokoknya suatu hari aku ditanya apakah aku punya pasangan. Aku sudah punya firasat tidak nyaman. Benar saja, dia pengen ketemu sepulang sekolah. Tapi, yang satu ini aku benar-benar menghindarinya.

Kita boleh memilih bukan?

"I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"

Minggu, 17 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

Hm…begitu panjang jalan menemukanmu

Sampai aku mengenal sosok yang duduk di belakang bangkuku. Awalnya dia hanyalah teman bercanda. Lama-lama teman-teman menjodohkanku dengan dia. Aku tidak tahu apa alasannya. Setahuku, itu hanya bercanda.

Pertama, dia dan teman-temannya bilang mau ketemuan di gerbang sekolah. Aku lupa, benar. Tapi saat itu aku masih menghargai dengan balik ke gerbang sekolah. Waktu aku kembali, ternyata mereka sudah berjalan ke arah lain.

Kedua, surat kaleng yang disampaikan oleh teman sebangkunya padaku. Aku bertanya dari siapa, teman sebangkunya bilang ini dari anak luar. Sungguh aku bingung. Kemudian kutunjukkan surat itu pada teman sebangkuku. Tapi, teman sebangkunya selalu menyangkal. Ya sudahlah, daripada semakin bingung aku cuek saja. Saat kubaca suratnya, sama sekali tidak ada nama pengirimnya. Katanya, kalau mau balas surat itu taruh saja di bangkuku. Tahu tidak, yang ini aku lupa lagi. Untuk ini pun, aku harus kembali lagi ke kelas. Di surat balasan itu aku bilang bagaimana aku bisa menerima seseorang yang tidak memberitahu siapa dirinya? Percayalah, ini hal konyol…tapi sebenarnya aku tahu siapa dia.

Hm, aku tahu dia itu baik. Tapi kan namanya perasaan itu nggak bisa dipaksakan. Mungkin perasaan itu akan datang hanya kepada orang-orang yang terpilih saja.

"I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"

Senin, 11 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

    Hm…begitu panjang jalan menemukanmu

    Sampai pada waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda, saat aku bertemu dengan The Eagle Eyes.

    Dia adalah orang pertama yang membuatku cukup galau, dia orang pertama yang membuatku rajin menulis di diary, dia orang pertama yang membuatku cukup bersikap serius. Aku ingin tertawa ketika mengingatnya. Diaryku cukup banyak tertulis kata-kata seperti: 'pandangan mata' dan 'senyuman'. Dia di kehidupanku cukup merebut hati seperti yang dilakukan oleh seorang Jonathan Frizzy ataupun Kim Bum padaku. Percayalah, dia memang tidak kalah memukau dan tampan.

    Awalnya kenapa aku menyukainya adalah total karena ke-Ge eR-anku. Ya, agak konyol memang kalau aku mengakuinya. Mengingat usiaku saat itu adalah usia yang 'labil'. Yup, masa SMP, pencarian jati diri dimulai. Saat itu aku suka membaca komik dengan tokoh utama lelakinya yang digambarkan selalu saja tampan, keren, dan cool. Dan dia tidak jauh dari itu semua, ditambah kepiawaiannya dengan basket.

    Saat itu ada classmeeting pertama. Aku dan teman-temanku tentu saja berkumpul di depan kelas. Duduk dan berdiri di depan bangku-bangku kelas yang dibawa keluar. Entah ada apa, waktu itu aku bercanda dengan teman-temanku. Kami tertawa bersama, hingga akhirnya aku secara tidak sengaja menoleh ke arah depan kelasnya. Di sana, aku tidak sengaja melihat dia juga tertawa dan melihat ke arahku. Apakah yang ia tertawakan, apa ia ikut tertawa bersama kami, itu masih menjadi sebuah pertanyaan buatku. Sejak saat itu aku merasakan sesuatu yang aneh dan rasa ingin tahuku yang besar.

    Hari-hari selanjutnya, karena aku masih penasaran dengan sosok yang belum kukenal secara akrab, aku selalu mencari sosoknya. Asalkan dia sudah kulihat, aku akan sangat senang dan menuliskannya pada diaryku sekedar untuk memberi laporan bahwa, hari itu aku melihatnya. Berhari-hari aku melakukan hal yang sama: mencari sosoknya. Beruntungnya, tempat dudukku dekat dengan pintu kelas. Jadinya, di sela-sela pelajaran aku bisa melihat kelasnya. Walaupun ternyata dia duduk di belakang, aku masih berharap bisa melihat dia. Berharap dengan langkah mata-mataku ini, aku bisa tahu siapa namanya ketika dia bersama dengan teman-temannya.

    Singkat cerita, aku kemudian tahu namanya. Kemudian aku berbagi rahasia dengan teman sebangkuku. Lalu teman sebangkuku ini pernah berbicara pada The Eagle Eyes kalau aku suka padanya. Ah, lagi-lagi seperti cerita di komik. Waktu itu aku sempat panik, tapi kemudian aku menjadi tidak percaya dengan cerita temanku. Mungkin teman sebangkuku itu sebal menghadapiku dengan ceritaku setiap hari yang intinya, 'Eh, dia ngeliat aku lo…', begitu berulang-ulang setiap hari walaupun aku tidak tahu hal itu benar-benar terjadi atau tidak. Bahkan mungkin ia bosan karena berkali-kali aku menanyakan kesungguhannya dalam memberitahu 'The Eagle Eyes' bahwa aku suka padanya. Haha…terkadang anak manusia yang paling pengecut pun bisa bertindak nekat. Aku rasa teman sebangkuku ini bisa mati bosan kalau ia hanya mengenalku di dunia ini. Kemudian aku menjadi akrab dengan teman yang ternyata adalah teman SDnya. Kemudian aku secara tidak sengaja mendapat pinjaman buku diary yang diisi oleh teman-teman SDnya. Buku itu berisi biodata semua teman-temannya. Lalu aku merekam dalam otak tentang nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat The Eagle Eyes. Aku merekan semuanya dalam beberapa menit.

    Tapi, aku yakin ketika kelas dua saat keisenganku muncul. Di lapangan basket, aku mencoba mencari sosoknya lagi lewat jendela. Dan aku menemukan matanya sedang mengarah padaku. Aku tahu itu miliknya, karena itu mata yang paling kusukai dan kucari-cari. Kedua, saat aku berjalan dari arah lobi depan menuju perpustakaan aku melihat sepasang mata yang menatapku tajam. Karena begitu takut akan mata itu, aku menyuruh teman sebangkuku untuk melihatnya. Ia bertanya, yang mana? Lalu aku menjawab, itu, yang sedang berbicara dengan si A. Karena tak kunjung menjawab, aku menoleh ke arah temanku dan mendapatinya sedang tersenyum padaku. Kemudian ia menjawab bahwa itu mata The Eagle Eyes. Betapa terkejut dan bukan main senangnya saat mengetahui itu benar-benar dia. Aku bisa melihatnya saat ia tidak lagi melihatku.

    Hari-hari selanjutnya yang kuingat tentangnya,

  1. Saat dia menembak seorang teman di kelas D (lihat, aku merekam semuanya) yang memang begitu cantiknya. Aku diajak temanku mengerjakan PRnya di kelas pagi. Di tempat parkir itu, aku melihatnya. Itulah saat aku tahu namanya. Dengan lancang pula, aku berteriak dari dalam kelas, 'Sori ngintip'. Entah dia mendengar atau tidak…yang kutahu, dia sempat berpacaran dengan gadis itu. Percaya, part ini selalu kutuliskan di cerpen atau komik yang kubuat setelah itu.
  2. Aku menjadi remaja yang seperti kehilangan sesuatu karena setiap hari selalu saja dia yang kucari. Aku juga sempat nekat saat 3 hari berturut-turut tidak melihatnya. Saat istirahat pun aku masuk ke kelas itu (nekat banget, padahal sebelumnya belum pernah melakukan ini). Dan menemukan tulisan di papan absen kalau dia sakit. Aku sempat takut dia pindah sekolah.
  3. Momen JJS sekolahku sempat berjalan di barisan depannya dan teman-temannya. Saat itu AKU BENAR-BENAR GUGUP. Bayangkan saja, teman-temanku bisa bercanda dengan teman-teman di belakangku, aku dengan kaku melihat lurus ke depan. Berbicara pun, aku berusaha lirih. Temanku yang mengetahui ini menggodaku habis-habisan. Aku ingat ia tiba-tiba memukul pundakku dengan keras, entah kenapa. Tapi, itu bisa membuatku melambung tinggi.
  4. Aku dan dia sama-sama menjadi pengurus OSIS yang mengurus zakat fitrah. Ketika kami sama-sama menata beras, aku yang berada di pintu mendapat ucapan permisi darinya. Itu ucapan pertamanya untukku. Kemudian aku juga mendapat ucapan permisinya di perpustakaan yang sepertinya lebih ditujukan pada temanku.
  5. Kebiasaanku adalah, ketika pulang suka berjalan ke arah pertigaan. Walaupun sebenarnya aku bisa langsung menyetop angkot yang lewat depan sekolahku. Kalau bisa, aku harus berjalan di belakangnya. Karena aku suka melihat punggungnya. Sampai beberapa tahun lulus pun, aku masih mengharap bisa melihatnya di pertigaan itu.
  6. Ketika menjelang perpisahan, aku sempat berkunjung ke rumah teman di pertigaan itu. Aku berjalan bersama seorang teman, di depanku berjalan The Eagle Eyes dengan sahabatnya. Kemudian aku bertanya pada temanku siapa orang yang ia suka. Ia bercerita kalau orang yang ia suka sedang berjalan di depannya. Ia pun penasaran siapa orang yang kusuka, waktu itu aku sungguh geli ingin menjawab kalau orang yang kusuka sedang berjalan bersama orang yang ia suka.
  7. Terakhir kali melihat dia, adalah punggungnya yang berbelok menjauh dariku di tembok kelas.
  8. Pertanyaan tentang, kenapa ia memperhatikanku pun masih belum terjawab.

    "I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"

Jumat, 01 Oktober 2010

Cerita Pendek: Datang dan Pergi Cinta Nia

Hm…begitu panjang jalan menemukanmu...

Saat seorang anak menawarkan cinta padaku, aku selalu saja panik, gugup, menolak, menangis. Sambil dalam hati berpikir, ada apa dengan pikiran anak jaman sekarang? Kenapa mereka terlalu dini untuk itu?

Lalu aku merasakan rasa suka pada orang pertama. Rasa ini tidak akan muncul jika bukan karena teman yang mengatakan bahwa sebenarnya ada seseorang yang suka padaku. Cerita tentangnya akan sangat panjang. Kusebut saja dia si Ketua Kelas.

Si Ketua Kelas adalah anak yang bandel, selalu saja mencari perhatian guru. Alasan itulah yang membuatnya menjadi Ketua Kelas Abadi, walaupun sempat terjadi peralihan ketua kelas (seingatku hanya satu kali). Duniaku dan dunianya sungguh berbeda. Dia dengan geng bandelnya, sementara aku dengan dunia biasaku. Pandanganku tentangnya saat itu, dia bukan apa-apa. Tidak pernah sekalipun aku benar-benar memikirkannya. Karena dia hanyalah orang lain buatku.

Entah bagaimana, tiba-tiba di kelas enam dia selalu mengambil kursi di sebelahku ketika mendapat tugas. Selalu. Setiap hari, dia akan mencontek pekerjaanku. Maka, sejak itulah pandanganku berubah. Walaupun memang dia masih orang lain buatku, tapi setidaknya aku pernah berbincang dengannya atau mendapatkan keusilannya.

Nah, suatu hari teman sebangkunya yang lebih bandel lagi ikut duduk di bangkuku. Saat si Ketua Kelas tidak ada, teman sebangkunya dengan sengaja berbicara dengan teman sebangkuku tentang alasan kenapa si Ketua Kelas selalu duduk di sampingku. Awalnya aku memang cuek, tapi melihat reaksi teman sebangkuku, aku menjadi ingin tahu. Lalu aku medengarnya. Entahlah, yang ada di pikiranku adalah hal-hal yang menyenangkan. Apalagi mengingat bahwa dia adalah ketua kelas. Maka, sejak itu hari-hariku berubah menjadi menyenangkan. Pergi ke sekolah menjadi semangat buatku. Kemudian aku rajin menulis diary.

"I believe God had set for us beautiful time, beautiful place, and beautiful moment to meet. God prepared the perfect couple for us, the man and his lost rib"



Senin, 27 September 2010

Super Hap



Tidak biasanya saya suka film Thailand. Yang saya tahu film Thailand itu biasanya bergenre horor. Tapi kali ini saya cukup dibuat penasaran sama film yang nyantai. Harus saya akui, nama asli pemeran film ini tidak singkat seperti di dalam ceritanya, juga cukup unik. Mendengarnya pertama kali mampu membuat saya tertawa. Ambil contoh, si pemeran tokoh utama Tom bernama asli Rattapom Tokongsub. Unik bukan? Saya masih beranggapan kalau bahasa Thailand itu lucu untuk didengar, seperti kata Eko Patrio yang selalu membuat lelucon tentang bahasa Thailand di acara Mamamia!

Cerita berawal dengan kisah masing-masing tokoh. Tokoh pertama yang diceritakan adalah Tom. Ia adalah pemuda dengan bakat menari. Ia memiliki wajah yang tampan namun satu-satunya kekurangan yang ia miliki adalah suaranya yang buruk. Ia punya masalah ekonomi sehingga harus menunggak uang sewa rumahnya sampai ia diusir. Tokoh kedua adalah Teung Lee Hei. Berbeda dengan Tom, ia tidak memiliki kemampuan menari, wajahnya pun jauh dari tampan. Ia adalah pria hitam dan gendut, namun justru memiliki suara yang indah. Kehidupannya lumayan mapan sebelum ia dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja karena secara diam-diam mempromosikan lagu ciptaannya sendiri. Kemudian keduanya dipertemukan melalui part lucu. Keduanya sedang berbincang di telepon. Tom mengatakan bahwa ia sedang berada di Phuket mengalami kesulitan keuangan dan meminta bantuan sahabatnya itu. Namun Teung berkata ia sedang berada di Chiang Mai jadi ia tidak bisa membantunya, padahal saat ia berbicara seperti itu Tom sedang menatapnya di lampu merah pinggir jalan, berdiri beberapa meter darinya. Mengetahui sahabatnya yang sama-sama berbohong, mereka pun saling memaki.

Keduanya memiliki kebiasaan unik, yaitu lipsync. Jadi kalau ada gadis yang cantik, Tom akan berdiri di depan Teung seolah-olah itu adalah suaranya. Keisengan Tom pun muncul saat mendengar rekaman lagu Teung. Ia merekam dirinya menyanyikan lagu itu (ceritanya kayak SinJo - Keong Racun) kemudian menguploadnya ke muzikmania.com (sejenis youtube). Rekaman itu sampai di meja perusahaan yang hampir bangkrut, Double Dream Record. Mereka menawarkan kerjasama pada Tom, namun mengetahui keadaan yang sebenarnya, perusahaan itu mengurungkan niatnya. Keadaan berubah saat perusahaan mengetahui lagu yang diupload Tom menjadi populer di dunia maya. Mereka pun kembali mengadakan perjanjian sampai satu album saja karena mereka tidak mau membohongi publik lebih lama. Namun konflik sebenarnya adalah saat Tom mengalami flu berat yang justru membuat suaranya normal. Keadaan ini membuat Teung sedikit tersisihkan. Ia pergi jauh justru pada saat konser terakhirnya diadakan, saat suara Tom akan kembali lagi menjadi buruk sembuh dari flu.

Ya, jadi intinya film ini menceritakan tentang dua orang sahabat yang saling melengkapi dan menutupi kekurangan satu sama lain.



Selasa, 14 September 2010

Mona Lisa Smile



    Ini cerita tentang film lawas, Mona Lisa Smile. Seperti yang Anda lihat pada foto di atas, film ini dibintangi oleh Julia Roberts.

    Film ini bercerita tentang kehidupan di Universitas Wellesley. Yah, satu lagi film tentang pendidikan yang menginspirasi saya. Di sini, Julia Roberts berperan sebagai Katherine Watson, seorang dosen baru di bidang sejarah seni. Dia datang dari California menuju universitas paling konservatif di Amerika. Dia datang ke sana untuk membawa perubahan. Hm, sepertinya kita dibawa masuk ke jaman Kartini. Cuma bedanya, karena settingnya di Amerika jadinya seperti Kartini modern. Nah, di awal film kita akan dibawa menuju part yang paling saya suka. Part tersebut menggambarkan sebuah penerimaan mahasiswa setelah liburan musim panas (musim gugur tahun 1953). Para pengajar berbaris di dalam sebuah gereja sedangkan mahasiswinya akan menunggu pintu dibuka di luar gereja. Terlihat mahasiswi terpintar Joan Brandwyn berlari menuju barisan terdepan. Di dalam gedung, Dekan Universitas Wellesley menunggu di depan pintu yang masih tertutup. Joan kemudian mengambil palu dan mengetukkanya ke pintu gereja empat kali. Kemudian sang dekan menjawab ketukan itu, "Who knocks at the door of learning?" (Siapa yang mengetuk pintu pengetahuan?).

    Joan

    "I am everywoman" (Aku adalah setiap wanita) sejalan dengan percakapan ini, pintu gereja perlahan dibuka.

    Dekan

    "What do you seek?" (Apa yang kau cari?)

    Joan

    "To waking my spirit through my hard work and dedicate my life to knowledge" (Untuk membangun semangatku dengan kerja keras dan mendedikasikan hidupku untuk pengetahuan)

    Dekan

    "Then you are welcome. All the women who seek and follow you can enter here. I now declare the academic year began." (Maka kau diterima. Semua wanita yang mengikutimu dapat masuk ke mari. Aku mengumumkan bahwa tahun akademik dimulai).

    Maka Joan masuk dan menyalami dekan diikuti oleh mahasiswi lain. Ah, sungguh part yang saya suka. Andai setiap universitas melakukan ini, maka kebanggaan akan menjadi almamater sungguh tiada terkira.

    Kemudian Katherine si dosen baru mencari tempat penginapan. Di tempat pertama, ia dibawa ke asrama mahasiswi. Peraturan di tempat itu membuat Katherine tidak bisa menempatinya. Memang sih, menurut saya peraturannya tidak masuk akal:

  1. Tidak boleh ada lubang di dinding (itu berarti saya tidak boleh menghias kamar saya)
  2. Tidak boleh ada hewan peliharaan (tidak masalah, karena saya tidak punya hewan peliharaan)
  3. Suara bising, radio, atau kaset setelah pukul 8 untuk hari biasa dan pukul 10 untuk akhir pekan (bayangkan, untuk mendengar musik pun diatur!)
  4. Tak boleh ada piring panas (mana tahaaaan?)
  5. Tak boleh ada pengunjung pria (wajar, namanya juga asrama)
  6. Katherine pun mencari penginapan lainnya. Kali ini dia menuju penginapan dosen yang dikelola oleh dosen yang mengajar pidato, pelatihan, dan puisi. Pantesan, setiap gerak-geriknya tertata rapi sekali. Peraturan di tempat baru ini cukup ringan: makan malam bersama namun untuk sarapan dan makan siang disiapkan sendiri-sendiri, selain itu masing-masing memiliki rak sendiri di kulkas. Setiap orang memberi label pada raknya.

    Part lain yang bikin saya kagum (walaupun sebenarnya hal ini tidak boleh terjadi) adalah saat pertama Katherine mengajar. Di sini ia bertemu Amanda Armstrong si perawat sebelum masuk kelas. Entah kenapa (apa karena saya kuliah di jurusan perawat?) saya suka sosok Amanda Armstrong, seorang wanita yang independen menurut saya. Ia mewanti-wanti Katherine, "Be careful. They can smell fear" (Hati-hati. Mereka bisa cium rasa takut.). Yup, suatu ungkapan yang bagus untuk menggambarkan mahasiswi Universitas Wellesley. Katherine pun masuk memberi pelajaran Sejarah Seni 100 Tahun. Ada yang mempersiapkan slide, mematikan lampu, sebelum Katherine meminta tolong. Nah, saat sang dosen mulai menerangkan pelajaran, ia dibuat mati gaya karena seluruh mahasiswinya mampu menjawab semua pertanyaan. Bahkan, saat Katherine hanya mengganti slide, para mahasiswi langsung menyebutkan nama lukisan, pelukis, tahun, dan keunikannya. Setelah ditanya siapa saja yang sudah pernah kuliah sejarah seni sebelumnya, mereka semuanya menjawab belum pernah. Tapi, ketika ditanya siapa yang sudah membaca seluruh naskahnya, semua mengacungkan tangan. Wah, dosen di sini benar-benar jadi bulan-bulanan…apalagi ditambah dengan campur tangn para alumni. Namun Katherine mampu bertahan dengan memberikan subyek keluar dari silabus dengan pertanyaan ringan seputar seni, "Is it any good?" (Apakah itu bagus?). Tak disangka, pertanyaan ringan ini menimbulkan diskusi panjang apakah seni itu bagus, buruk, siapa yang berhak menilainya, dll. Membuat ia menjadi dosen yang dikagumi.

    Masalah menjadi rumit ketika terjadi konflik antara dosen dengan anak-anak alumni, khususnya Betty Warren seorang mahasiswi yang juga editor. Ia membuat seorang Amanda Armstrong keluar dari universitas karena tulisannya. Lama-lama Katherine seperti membaca sesuatu di universitas ini, mereka seperti mempersiapkan mahasiswinya untuk menikah, mengurus suami dan bayi mereka. Yup, seperti tradisi lomba menggiring ban yang dipercaya jika memenangkan lomba ini, maka sang juara akan lebih dahulu menikah, belum lagi adanya kursus pernikahan. Maka, pada suatu waktu saat Joan mendatanginya karena ingin mengetahui mengapa Katherine memberinya nilai buruk, Joan membuat Katherine harus membaca filenya. Di sana tertulis bahwa Joan menginginkan sekolah hukum. Maka, Katherine bertanya sekolah mana yang akan ia ambil. Namun Joan hanya memikirkan menikah setelah lulus. Katherine pun menerangkan bahwa ia bisa melakukan keduanya. Joan pun berkata bahwa ia ingin masuk Yale. Dengan isengnya, Katherine menyelipkan formulir Sekolah Hukum Yale ke lembar jawaban Joan saat ulangan. Keadaan menjadi lebih rumit ketika si kritikus Betty menikah. Ia menjadi lebih seenaknya untuk tidak masuk kelas, bahkan mulai melakukan hal yang sama kepada Katherine, seperti yang ia lakukan pada Amanda. Hm, apa selanjutnya yang akan terjadi pada Betty-Katherine mengingat Betty adalah anak ketua alumni Universitas Wellesley?

    Ada beberapa hal yang tidak saya sukai dari film ini, yaitu kebebasan dalam bergaul dan wanita yang merokok. Sepertinya ini hal yang biasa di Amerika, tapi sangat kontras untuk kita.

Rabu, 01 September 2010

Forget to Say Easy Words

Terinspirasi dari postingan om nh tentang TIGA HAL, saya mengadakan game di fb. Permainan 3 kata. Jadi, fesbuker mendeskripsikan saya dalam 3 kata, lalu saya balas mendeskripsikan mereka dalam 3 kata juga. Lumayan dapat respon, tujuannya adalah agar mereka dan saya tidak lupa untuk mengingat hal-hal unik dari teman-teman.

Maunya sih, hanya sekedar iseng, tapi ketika mendapat jawaban seperti ini dari sahabat saya: "Maaf, saya nggak punya kata-kata untuk itu". Wah, entah rasa kecewa saya mulai muncul. Tapi saya berterima kasih kepada teman-teman yang mau berpartisipasi. Saya harus bisa berbaik sangka, mungkin sahabat saya lagi sibuk waktu itu.

Terkadang kita justru lupa melakukan hal-hal sederhana yang justru sangat berarti bagi sahabat kita...sadarkah?

Sabtu, 21 Agustus 2010

Demam Jepang -> Korea (2)




Postingan kali ini kita melanjutkan tentang demam. Haha…
Ok, check this out!

Korea.
Seperti yang saya sampaikan di postingan sebelum ini, bahwa saya suka Korea karena melihat dramanya. Dari mata turun ke hati. Yup, pemain dramanya kinclong-kinclong. Uh, bikin mata melek terus…tapi, belakangan saya tahu banyak artis Korea yang melakukan oplas alias operasi plastik. Memang tidak semuanya sih, tapi SEBAGIAN BESAR. Nah, mengetahui ini saya kecewa. Bagaimana tidak, penelusuran saya di google memberikan saya gambar-gambar artis sebelum operasi plastik dan sesudahnya. Memang awalnya mereka melakukan itu gara-gara tidak good looking. Malah beberapa di antaranya tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok sebelum dan sesudah melakukan oplas. Lalu, untuk apa mereka oplas kalau sebenarnya dengan tidak oplas mereka justru sempurna? Dengan oplas mereka justru menambahkan sesuatu yang tidak alami ke dalam tubuh mereka, itulah yang membuatnya tidak sempurna. Hal ini menimbulkan gosip tidak enak di sana, para artis yang tidak oplas pun ikut digosipkan oplas. Dan, saya memiliki anggapan tentang artis Korea: antara yang 'asli' dan yang 'palsu' itu pun sulit dibedakan. Yup, negara ini meraih sebutan plastic surgery country.

Hal lainnya adalah manajemen artisnya yang hebat. Ya, saya mengikuti sedikit perkembangannya. Bagaimana manajemen artis menciptakan image yang wah terhadap artis mereka. Ya, artis memanglah aset yang mesti dijaga oleh manajemen. Tapi, ketika melihat artis Korea, saya menganggap bahwa manajeman mereka sungguh punya andil dalam mengorbitkan artisnya. Bagaimana tidak, persaingan dunia hiburan di sana sungguh ketat. Kita tidak akan menemukan sebuah grup vokal yang beranggotakan sebelas orang, sembilan orang, dan masing-masing anggotanya memiliki fans tersendiri. Sebut saja: Super Junior, SNSD a.k.a Girls Generation, After School, BEAST, dll. Bagaimana manajemen melindungi mereka dari gosip tak sedap, itu sungguh luar biasa. Fansnya pun luar biasa, bahkan ketika ada gosip tentang hubungan sesama artis fansnya memberikan kecaman yang juga, luar biasa terhadap artis yang digosipkan dekat dengan idola mereka. Menyeramkan.

Ketiga, fenomena bunuh diri di kalangan artis Korea cukup membuat saya berdecak. Tidak hanya satu-dua saja. Kebanyakan karena frustasi tentang karirnya, tuntutan biaya hidup, penampilan di depan umum, perselisihan dengan pihak manajemen. Hm, sebegitu pentingkah menjadi terkenal?

Di lain sisi, ada satu hal yang membuat saya heran. Bukankah Korea masih memiliki perselisihan dengan saudaranya di utara? Bukankah di sana masih ada yang namanya wajib militer? Lalu kenapa bisa hiburan di sana justru membooming? Bahkan mereka mengadakan kerjasama entertainment dengan negara 'serumpun' seperti Jepang, Taiwan, Cina, bahkan Thailand. Kalau mau dibandingkan dengan Indonesia:
1. Biarpun artis kita dituntut untuk berpenampilan menarik, oplas bukan prioritas utama mereka (walaupun memang ada yang melakukan oplas). Fenomena meminta ijin kedua orang tua untuk melakukan oplas saat cukup umur tidak terjadi di negara kita.
2. Biarpun artis kita memang public figure, tapi fansnya tidak terlalu mengagung-agungkan seperti yang terjadi di Korea. Kita sadar sepenuhnya bahwa, artis juga manusia.
3. Saya bersyukur pekerjaan menjadi entertainer di negara kita tidak banyak memakan korban bunuh diri. Alhamdulillah, sebagian besar menyeimbangkannya dengan agama sehingga mereka masih percaya Tuhanlah yang memberi segalanya, Ia pun yang mengambil milikNya kembali.


Baiklah, ketika kita sedang menikmati mimpi di tengah-tengah tidur kita yang nyenyak, ada baiknya kita harus ingat kapan kita akan terjaga. Ketika kita sedang demam, kita harus mengompresnya supaya cepat sembuh ^^

Jumat, 20 Agustus 2010

Demam Jepang -> Korea (1)





Pernah saya bertanya-tanya, apa yang membuat saya akhir-akhir ini suka pada hal-hal yang berbau Korea. Padahal dulu, saya suka sekali pada hal-hal yang berbau Jepang. Mengenai Jepang, memang awalnya saya tertarik untuk mempelajari hurufnya yang unik. Hanya sebatas itu. Beruntungnya, SMP saya membuka ekstrakurikuler baru: Bahasa Jepang. Kemudian saya suka mempelajari budayanya, mulai dari baju kimono dan yukata, desain rumahnya yang unik -yang terbuat dari kertas- dan pintu gesernya, tradisi minum tehnya, cara bicaranya yang pendek-pendek namun menghentak, tentang geisha, dan lain-lain. Tetapi tiba-tiba ketertarikan saya mulai luntur ketika dosen elektif saya menurunkan motivasi saya untuk belajar Jepang. Pertemuan pertama beliau mengatakan:


"…saya pikir kenapa fakultas keperawatan mengadakan elektif Bahasa Jepang? Mungkin karena Anda ingin menjadi perawat di Jepang? Kemudian saya mencari-cari artikel tentang kangoshi/kangofu (perawat) yang bekerja di Jepang. Ternyata, perawat yang ingin bekerja di Jepang harus melewati beberapa tes. Namun, setelah lulus tes, Anda tidak secara otomatis langsung menjadi perawat, melainkan ditempatkan di panti jompo…"

(penurunan motivasi tingkat 1)


"…jika Anda ingin bekerja di rumah sakit Jepang, maka Anda harus melewati satu tes lagi yaitu tes huruf kanji. Orang Jepang sendiri belum tentu bisa mempelajari huruf kanji ini…"

(penurunan motivasi tingkat 2)


Kemudian saya mendengar radio, dikatakan bahwa biaya hidup termahal adalah Negara Jepang. (penurunan motivasi tingkat 3)


Hal ini mempengaruhi pandangan saya tentang Jepang. Awal saya memilih elektif Bahasa Jepang memang bukan untuk bekerja di sana, memang belum terpikirkan oleh saya. Saya memilihnya karena sekedar suka dan ingin mempelajari Jepang. Namun dengan perkataan-perkataan tadi, itu justru membuat saya berpaling. Jujur waktu itu saya langsung ill feel dan ingin mengubah elektif saya ke psikologi saja, tapi pasti ribet. Jadinya saya teruskan walaupun semangat belajar saya menjadi kendor. Saya merasakan perbedaan ketika saya mempelajari Jepang waktu SMP dengan sekarang. Dulu, saya selalu berebut dengan teman lain untuk menjawab pertanyaan, yang juga berarti memperebutkan hadiah. Sekarang…nilai BC pun saya sudah bersyukur.

Nah, bagaimana dengan Korea? Simpel saja, saya suka karena artisnya. Wahaha…

Saya menganggap semua drama Asia yang ditayangkan di "TV Ikan" itu kalau logatnya bukan Jepang ya berarti dari Cina. Eh, ternyata tidak. Walaupun sama-sama Asianya (baca: sipit), ada yang dari Taiwan atau Korea. Nah, kebetulan drama yang membuat saya mematung di depan TV adalah drama Full House, Princess Hours, dan lebih membooming lagi, Boys Before Flowers. Dari mata, jatuh ke hati. Kemudian saya ingin tahu lebih banyak lagi tentang Korea.

Wah…nggak habis-habis nih kalau diteruskan. Haha…saya akan lanjutkan di posting berikutnya apa yang membuat mata saya terbuka lebar, tentang Korea. Hm, bagaimana dengan Anda? Apakah ada yang membuat Anda menjadi 'demam'?

Senin, 16 Agustus 2010

My Little Bride




Postingan kali ini tentang film Korea lagi. Judulnya My Little Bride. Film ini dibintangi oleh artis Korea yang imut, Moon Geun Young. Ceritanya berawal dari kakek Bo Eun (Moon Geun Young) dan Sang Min yang bersahabat. Mereka berdua berjanji akan menjodohkan anak-anak mereka. Namun karena keduanya sama-sama memiliki anak laki-laki, maka perjodohan itu pun jatuh kepada cucu mereka. Ketika kakek Bo Eun memberitahu ini, Bo Eun dan Sang Min merasa tidak siap. Pasalnya, Bo Eun masih sekolah dan Sang Min adalah playboy yang tidak siap untuk menikah. Melihat keduanya yang tidak setuju, kakek mereka berusaha menuntut orangtua masing-masing agar anak mereka mau menikah, bahkan kakek mereka pura-pura sekarat di rumah sakit agar kedua cucunya mau menikah.

Alhasil, keduanya pun menikah secara diam-diam. Keluarga mereka menyembunyikan pernikahan mereka, kecuali kepada sahabat Bo Eun dan kepala sekolahnya yang merupakan junior kakek Bo Eun. Keduanya berniat untuk berbulan madu di pulau Jeju. Namun di bandara Bo Eun berusaha untuk melarikan diri dengan ijin ke kamar mandi. Akhirnya, Sang Min pergi ke pulau Jeju sendirian. Di sana, ia bertemu dengan rombongan teman sekolah Bo Eun yang juga tour wisata. Ia berkali-kali ditanya soal Bo Eun oleh sahabat Bo Eun yang mulai curiga Sang Min selalu berjalan-jalan sendiri. Ia juga dicurigai oleh guru Bo Eun yang galak, Miss Kim. Sedangkan Bo Eun menghabiskan waktunya dengan Jung Woo, bintang lapangan baseball di sekolahnya. Sekembalinya dari pulau Jeju, Sang Min bertemu Bo Eun di depan rumah. Mereka pun berakting seperti baru pulang dari bulan madu.

Di sekolah, sahabat Bo Eun bertanya kepadanya tentang apa saja yang dilakukan Bo Eun selama Sang Min ke pulau Jeju. Ketika Bo Eun membeberkan bahwa ia berkencan dengan Jung Woo, sahabatnya pun marah dan kecewa karena selain Bo Eun telah memiliki suami, ternyata sahabatnya pun menyukai Jung Woo. Nah, saat Bo Eun menemani Jung Woo bertanding baseball, Bo Eun tidak mengetahui bahwa pertandingan itu disiarkan di televisi. Secara tak sengaja Sang Min melihatnya. Namun ia pura-pura tak tahu.

Konflik mulai memuncak ketika Sang Min memperoleh penempatan sebagai guru di sekolah Bo Eun. Mengetahui Sang Min diangkat menjadi guru, Miss Kim yang tadinya galak terhadap Sang Min mulai menaruh hati padanya. Ia menggoda Sang Min habis-habisan. Ia pun nekat mencari alamat Sang Min untuk mendatangi rumahnya. ini membuat Bo Eun dan Sang Min kelimpungan membereskan barang-barang yang bisa membongkar kedok mereka. Lama-lama, karena ketidaksengajaan, Miss Kim mulai mengetahui bahwa Sang Min dan Bo Eun adalah suami istri. Tingkah lakunya pun berubah kembali menjadi galak, ia tega menyuruh Bo Eun bekerja sendiri mengecat panggung. Masalah lain pun terjadi ketika adik Bo Eun memutar rekaman di ruang keluarga di mana terdapat gambar Bo Eun dan Jung Woo sedang kencan.

Hm, bagaimana akhirnya nasib Bo Eun, akankah ia dapat meneruskan cita-citanya ke universitas? Bagaimana dengan hubungannya, terus dengan Sang Min atau Jung Woo? Bagaimana dengan sahabatnya dan Miss Kim?

Sabtu, 14 Agustus 2010

My Favorite Teacher




Pernah punya guru favorit?
Pastinya pernah ya.

Sewaktu SMP saya punya guru favorit, sebut saja Mr. A dan Mr. B.

Mr. A adalah guru fisika yang suka bercanda walaupun sangat disiplin. Pelajaran fisika yang menjadi momok tidak lagi menegangkan. Saya tidak terpaku sama banyaknya rumus yang (meminjam istilah teman) alaihum gambreng >,< banyaknya naudzubillah… Dan, ternyata di momen inilah satu-satunya nilai 10 fisika yang saya dapatkan (menyedihkaaan T_T).

Mr. B adalah guru matematika yang sama sekali tidak suka bercanda malah lebih disiplin lagi. Beliau sangat cerdas di bidangnya. Malahan, buku diktat kami beliau sendiri yang menyusunnya. Waw, hebat. Terkadang beliau membuat soal yang membutuhkan pemikiran ekstra. Namun saya mencoba menganggap soal itu sebagai permainan saja, sehingga pelajaran tersebut menjadi mengasyikkan. Beberapa hal yang saya ingat dari guru saya yang satu ini adalah, kalau kita lebih memperhatikan lebih seksama sesuatu di luar jendela daripada apa yang beliau terangkan di dalam kelas, maka Mr. B akan menyuruh kita keluar. Hal lainnya adalah beliau sering memberikan wejangan bahkan ketika kami terlambat atau tidak bisa menjawab soal yang beliau berikan. Saya menanggapinya positif, namun sepertinya tidak bagi sebagian besar teman-teman saya. Rasa takut tampaknya terlalu besar sehingga ketika Mr. B bertanya, sebagian besar lebih memilih diam.
Yang saya kagumi dari beliau adalah, beliau mempersilakan mempelajari buku lain dan mendiskusikan soal yang tidak biasa di kelas. Murid pun boleh mencari soal.

Sewaktu SMA, guru favoritku Mr. C dan Mrs. D

Mr. C adalah guru biologiku. Hm, cara belajarnya lebih mirip sama Mr. B tapi nggak galak-galak amat. Beliau lebih suka mengajak kami belajar di lab, walaupun tidak praktek. Yah, mungkin untuk membangun lingkungan belajar yang mendukung? May be…

Mrs. D adalah guru bahasa Inggrisku. Wah beliau memiliki strategi belajar yang unik. Mulai dari membuat tempat duduk berbentuk lingkaran sehingga kami bisa berdiskusi lebih nyaman, bahkan beliau membuat cerita yang mengasyikkan dalam bahasa Inggris sehingga kami mendengarnya seperti berbahasa ibu. Mudah dimengerti.

Mereka adalah beberapa orang yang menginspirasi saya akan perubahan dalam cara mengajar seperti mengisi botol kosong. Ada banyak cara kreatif yang bisa mengasyikkan…bagaimana dengan Anda?

Selasa, 10 Agustus 2010

Ramadhan

A Hope from Best Friend




Doa seorang yang rindu akan sahabat-sahabatnya:
Tuhan, berikanlah kemudahan bagi mereka dalam meraih kesuksesan
Ingatkanlah selalu akan diriku untuk selalu menantikan kabar mereka
Pertemukanlah kami ketika kami sukses nanti…

Sabtu, 07 Agustus 2010

Buwa Yamera

Hidup ini unik buat orang-orang yang suka mengamati kejadian yang ada di sekitarnya. Celetukan orang yang sekejap saja bisa jadi cerita yang menghibur orang kalau kita pandai mengolahnya. Hm, sebenarnya kita kaya akan inspirasi kalau kita mau menghargai setiap detiknya.

Mungkin aku termasuk di dalamnya. Entah kenapa, aku lebih suka menikmati perjalanan pulang ke kampung menggunakan bis daripada kereta. Padahal, kereta lebih cepat daripada bis (kecuali kalau keretanya ngaret, berhentinya terasa lebih lama dibandingkan macet di jalan raya). Alasannya, aku lebih menikmati pemandangan dan aktifitas orang yang ada di jalan raya ketimbang di kereta. Memang, berada di kereta lebih tenang, lebih nyaman. Tapi menurutku justru kebisinganlah yang kita butuhkan ketika kita sendirian.

Aku juga tidak tahu, bagaimana bisa waktu perjalanan yang lama dan kebisingan itu membuat imajinasi berjalan ke mana-mana. Contohnya saja, kehadiran pengamen jalanan yang menghibur lewat lagu-lagunya bisa membuatku nyaman menunggu bis yang sedang mengisi bensin. Biarpun lama, tapi ada sesuatu yang meredam kemarahan. Tapi, ketika kita melihat pengamen di bawah umur dipaksa untuk menyanyi (walaupun kedengarannya bukan menyanyi) dengan modal ecek-ecek di tangan, bukan kenyamanan yang aku rasakan. Justru otakku lebih cepat berpikir, kenapa orangtuanya begitu tega melepas anak kecil ini ke jalanan. Aku jadi berpikir jangan-jangan orangtuanya sengaja memakaikan baju terbaik untuk anak ini. Aku pun merasa mereka tidak menyanyi dari hati, tapi sekedar untuk memperoleh uang. Namanya juga anak kecil, jadi banyak dari mereka yang masih cadel atau hanya menggumam. Hal ini membuatku ingin meyakinkan pada semua orang: Bekerjalah di suatu bidang yang kau kuasai, pakailah imajinasimu sehingga menghasilkan sesuatu yang kreatif, dan PENGAMEN bukanlah satu-satunya profesi! Hm, kadang-kadang si ibu pun ikut menemani anaknya menyanyi. Ketika si anak kurang nyaring atau tidak mau menyanyi, si ibu tidak segan memarahi si anak di dalam bis dengan suara nyaring sehingga ini tidak bisa disebut dengan 'hiburan'. Seperti kejadian beberapa waktu lalu, si anak yang di bawah umur diperintahkan menyanyi lagu Gebi oleh ibunya. Namun ia hanya mengulang kata-kata "Pernah ada…pernah ada…". Si ibu marah, "Pernah ada! Pernah ada aja sih!" kontan penumpang pun tertawa, tapi menurutku itu keterlaluan. Masih ada obyek lain yang menjadi perhatianku saat di perjalanan, dan aku menikmatinya.

Suatu hari, saat pulang kampung, di dalam bis ber-AC. Mataku mulai lemah untuk menatap dunia (cieh…bilang aja ngantuk!). Kebetulan, aku duduk di kursi depan. Saat itu kondektur dan sopir tengah berbicang-bincang dan aku tak tahu mereka membicarakan apa. Kemudian, si kondektur tertarik dengan tulisan yang ada di bak truk di depan bis.
Kondektur: Tulisan apa itu? Bu...wa…ya…me…ra (si kondektur mengeja)?
Pertanyaan ini membuatku juga mengamati tulisan di depan dan berhasil membuatku terjaga.
Sopir: Ah, itu sih tulisan orang yang nggak bisa ngeja!
Dalam hatiku: Ih kok sombong amat sih pak sopir ini! Mungkin saja kan itu ejaan orang timur atau pedalaman? Saya menyangka itu sama dengan YAMKO RAMBE YAMKO atau apalah…
Kondektur: Kok bisa?
Sopir: Iya, maunya orang itu mau nulis BUAYA MERAH, tapi karena tidak bisa ngeja jadinya BUWA YAMERA!
Aku tersenyum, benar juga. Penumpang lain yang duduk di depan pun tertawa.

Ah, perjalanan...

Jumat, 06 Agustus 2010

Missing That Time (3)

Aku akan menulis tentang sekumpulan orang yang memilih untuk bersama. Memang, untuk diriku sendiri mereka adalah sekumpulan orang yang juga tidak sempurna. Aku benar-benar bisa menemukan tempatku di antara mereka. Di dalam kumpulan ini, aku benar-benar diperlakukan sebagai teman, sebagai manusia. Ketika aku bersama mereka, seakan-akan aku dibawa menyusuri tawanya, walaupun sebenarnya bukan diriku yang mengalami kesenangan itu, tapi dalam cerita mereka seakan-akan akulah peran utama yang mereka perbincangkan, dan itu membuatku tertawa. Entah, perbedaan yang benar-benar mencolok di antara kami menjadi samar. Kami bisa berjalan sejajar dengan tetap memahami siapa yang berada di samping kami.
Padahal kami benar-benar tahu, masing-masing dari kami memiliki egois yang luar biasa besar.
Kami mengakuinya tanpa perlu menuliskan sebuah perjanjian.

Di lain sisi, aku pun mengalami waktu di mana aku merasa bahwa merekalah orang terjahat di dunia. Aku pun pernah merasa bahwa mereka orang yang tidak mau memahamiku.
Orang-orang ini terkadang cukup tertutup, cukup jahat untuk tidak berbagi dengan orang yang mereka anggap teman dekat.
Orang-orang ini terkadang cukup banyak alasan, cukup meragukan untuk disebut sebagai teman dekat.
Orang-orang ini terkadang terlalu banyak teman, sehingga cukup merepotkan juga untuk diajak berbicara sebagai teman dekat.
Orang-orang ini terkadang cukup pendiam sehingga tidak tahu apa yang sedang terjadi pada mereka.
Orang-orang ini terkadang terlalu memerintah, sehingga cukup lelah untuk mendengarkan mereka dan lebih memilih untuk menyerah saja.
Tetapi, orang-orang ini terkadang terlalu cepat hilang sehingga mereka cukup pantas untuk dirindukan.
Merekalah orang-orang pertama yang secara 'lancang' mengkritik diriku secara ramai-ramai. Mereka yang dengan 'lancang' berkata apa adanya tentang diriku. Membuat hatiku menciut, ingin marah, memberontak, tapi aku masih bisa tersenyum.

Namun, aku menjadi lega karena justru itu membuatku mengerti bahwa aku belum benar-benar mengenali diriku sendiri. Aku menjadi tahu siapa aku dan bagaimana aku. Itu membuatku sadar bahwa sebenarnya:

  • Ketika aku merasa bahwa merekalah orang terjahat di dunia karena merekalah orang terdekatku
  • Ketika aku merasa bahwa mereka orang yang tidak mau memahamiku karena aku memang benar-benar membutuhkan mereka

Bagaimanapun, soerang teman belum layak dikatakan sebagai teman ketika mereka belum mengalami konflik. Siapa bilang mereka rukun? Pertengkaran mereka jauh lebih sering dibandingkan kekompakannya. Satu orang membicarakan yang lain di belakangnya. Mereka berbicara tentang kelayakan, sifat buruk, sampai kemarahan yang jauh lebih jahat. Namun, seiring dengan waktu kami memang dipaksa untuk bersikap lebih dewasa. Kami akhirnya menemukan bahwa esensi dari hubungan ini adalah perbedaan. Kami menyebutnya keunikan. Ya, baik buruk masing-masing di antara kami memang itulah diri kami.



Kamis, 05 Agustus 2010

Missing That Time (2)


Ada yang bilang masa-masa paling indah adalah masa SMA. Setuju nggak? Ah setuju aja deh :D

SMA, masa-masa 'pencarian jati diri'. Justru saat itu kami merasa bebas bertindak kekanak-kanakan. Beruntungnya, aku tergabung dalam kelas yang kompak (atau bandel). Sebagian besar murid laki-lakinya terkenal bandel. Saya masih ingat beberapa hal yang membuat kelas kami disukai murid kelas lain:


  1. Punya pemerintahan yang nyantai. Ya, pemerintahan di sini adalah perangkat kelas. Tapi, saat itu aku merasa semua anggota kelasku punya jabatan 'ketua kelas' sebab tidak ada yang dominan. Semua berhak berbicara. Yah, kadang-kadang diperlukan penengah.
  2. Punya mading kelas. Kalau bicara soal kreatifitas di kelas kami nggak ada habisnya. Mading kelas kami ada pengelolanya. Semua bebas menulis. Selain itu, ada tempelan kertas putih di pintu pembatas dengan kelas sebelah yang penuh testimoni dan tanda tangan seluruh anggota kelas. Bahkan setelah lulus ada yang masih ingin membawanya pulang untuk kenangan. Sayang sudah tidak ada. Mengenai tanda tangan, ada yang lebih menghebohkan lagi. Saya pernah iseng mencoret ubin lantai dengan tipe-x. Saya membuat tanda tangan saya sebesar kotak ubin. Tampaknya, ada teman saya yang tertarik, jadilah satu kelas meniru langkah saya mengabadikan tanda tangan di atas ubin. Eh...baru beberapa waktu, guru matematika saya saat itu berjalan ke belakang. Beliau melihat hasil karya kami. Kami kira beliau senang, ternyata...marah! Sebelum coretan kami dihapus, beliau tidak akan mengajar lagi. Alhasil, kami kelimpungan mencari minyak gas. Ah, sayang...
  3. Setiap jam kosong kami punya 'ritual' rutin. Mengosongkan kelas menuju musholla. Bagi teman-teman yang melihat kami beramai-ramai ke musholla mungkin kagum, padahal kami ke sana belum tentu beribadah...ngadem aja. Kami pernah merasa bersalah pada seorang guru yang mendapati kelas kami kosong, kami kira beliau tidak masuk.
  4. Nah, ini yang paling disukai teman kelas lain. Target jalan-jalan kelasku banyak.








Hmm...sekarang kami terpisah mengejar impian dan cita-cita kami masing-masing. Setiap individu ternyata punya mimpi sendiri. Aku yakin, Tuhan akan mempertemukan kami kembali di saat sukses. Amin.

Rabu, 04 Agustus 2010

Enam Puluh Lima Batang Lilin

Dalam kegelapan ini, aku mencoba menata enam puluh lima batang lilin
Lilin-lilin ini akan menjadi pewarna
Lilin-lilin ini akan menghilangkan sejenak semua beban yang memperberat pundak pertiwiku

Ketika lilin-lilin ini genap enam puluh lima,
Akan kubiarkan siapapun menyalakan sumbunya
Sepanas itulah semangat kami
Seterang itulah harapan kami

Ketika lilin-lilin ini genap enam puluh lima,
Akan kubiarkan siapapun bernyanyi dengan menepuk tangannya
Nyanyian kebanggaan akan pertiwi ini
Segembira itulah kami menyambut dirgahayu ini

Ketika lilin-lilin ini genap enam puluh lima,
Akan kubiarkan siapapun membisikkan harapannya
Doa untuk pertiwi supaya ia tak membungkuk lagi menanggung beban di pundaknya
Akan kami yakinkan bahwa ia tak perlu berjuang sendiri, ada kami di sini


(Puisi ini diikutsertakan dalam Gelar Puisi Aku Cinta Indonesia)

Selasa, 03 Agustus 2010

Missing that Time (1)




Akhir-akhir ini memang aku begitu terbayang dengan kenangan MOS, DIKLAT. Wah, kapan ya aku bisa punya teman organisasi seperti OSIS EXCELLENT? Hm…foto mereka aku bawa ke Surabaya. Juga PADUWA. Kalau aku kangen, aku tinggal menoleh, tapi itu tidak cukup untuk mengobati kangenku.

Waktu SMA, aku ingat bergabung dengan mereka awalnya dengan suatu keraguan. Maklum, aku berasal dari SMP luar kota. Praktis, aku tidak memiliki teman akrab yang sepenanggungan ketika masuk di SMA. SMA ini, terkenal dengan OSISnya yang disiplin. Tidak bisa dipungkiri, saat aku menjadi murid baru aku keder mendengarnya. Penampilan mereka gampang dikenal: seragam kebesaran mereka -atasan putih lengan panjang dan bawahan abu-abu-, topi yang kalau tidak dipakai diselipkan di ikat pinggang bagian belakang, kaos kaki panjang 10 centimeter di bawah lutut, dan sepatu fantovel. Tampak elegan. Siapapun yang melihatnya, pasti langsung bisa menebak kalau mereka berasal dari SMAku. Ya, memang bukan sekedar gosip. Memang terbukti saat aku MOS kakak-kakak OSIS memang menjadi pusat perhatian. Aku pun tidak tahu apa sebenarnya yang membuatku kagum kepada mereka. Kalau mereka waktu itu menjadi pusat perhatian karena memang suka mencari kesalahan murid baru, terus bentak-bentak, itu wajar. Tapi apa ya...melihat mereka menjadi satu kesatuan yang kompak, itu menimbulkan aura tersendiri buatku.

Berbekal nekat, aku pun ikut pemilihan pengurus OSIS waktu itu. Ya, aku memang tidak kenal siapa-siapa. Keraguanku menjadi sebuah keyakinan ketika aku mengenal sosok Sari, teman sekelasku yang juga ingin mengikuti seleksi.

seleksi saat itu diadakan selama 3 hari. Hari pertama, tes tulis. Aku dan Sari lolos. Hari kedua, interview. Aku dan Sari lolos. Hari ketiga, pemecahan kasus. Sayangnya, aku tidak lolos. Namun aku masih bisa bersyukur Sari lolos. Pengumuman di mading saat itu tertulis bahwa panitia akan membuka pendaftaran gelombang kedua. Namun aku menemui keraguan lagi. Maklum, sudah lelah dan jarak rumahku yang jauh dari sekolah memperkuat keraguan itu. Saat itu, Sari sudah memulai kesibukannya di Ruang OSIS yang menurutku 'Ruangan Eksklusif'. Suatu keberuntungan, di jalan menuju kelas aku berpapasan dengan Sari yang terlihat terburu-buru. Ia menyapaku, "Kin, kamu harus ikut gelombang kedua ya, ayo aku dukung kamu!", kemudian ia pergi menyusul kakak-kakak OSIS yang lain. Singkat namun bermakna. Beberapa detik itu, membuat semangatku bangkit lagi.

Ketika seleksi gelombang pertama aku sempat berkenalan dengan Rizka. Aku bertemu dengannya di depan kelasku. Aku menanyakan kepadanya apakah ia akan ikut lagi seleksi gelombang kedua. "Ya", jawabnya. Dan kami bertemu kembali di seleksi kedua.

Singkat cerita, dengan model seleksi yang sama, aku dan Rizka diterima. Dan ternyata di seleksi kedua hanya mengambil dua orang saja. Itu berarti aku dan Rizka orang-orang terakhir yang menggenapi pengurus baru! Kemudian beberapa teman yang lolos seleksi pertama pun datang mengerubungi mengucapkan selamat. Aku merasa beruntung, bahwa di seleksi aku dan Rizka diberangkatkan bersama saat memasuki pos interview. Mungkin saat itu kakak-kakak menguji kelayakan kami? Aku juga pernah diberitahu oleh seorang kakak bahwa sebenarnya mereka menguji apakah aku benar-benar berniat menjadi pengurus OSIS dengan jarak rumahku yang jauh, dan ternyata, I came to the second time...

Ah...perjuangan memasuki organisasi ini cukup panjang. Itu alasanku mencintai organisasi ini sampai sekarang dan berharap menemukan atmosfir yang sama seperti saat itu di tempat lain. Dengan perjuangan yang membuat kami menjadi saudara sepenanggungan, kami menjadi rindu untuk hadir dalam setiap rapat yang bagi kami adalah sebuah percakapan sederhana. Dengan persaudaraannya, membuat kami mempelajari karakteristik masing-masing pengurus. Kami tidak hanya tertawa tergelak bersama saat rapat, kami juga pernah bertengkar saling silat lidah. Perjuangan itu, membuat kami cinta pada 'pekerjaan' ini.

Saat menjadi senior di organisasi ini, giliranku ikut serta dalam pemilihan pengurus baru. Jadi begini rasanya memperdebatkan siapa saja yang layak masuk dalam organisasi ini. Dulu, mungkin aku juga diperdebatkan seperti ini. Sayang rasanya mendengar bahwa saat aku lulus, memasuki organisasi ini begitu mudah. Semua hampir dikendalikan guru. Aku takut nilai esensialnya kurang. Aku takut nilai perjuangan itu kurang sehingga 'penerus' kami tidak merasa cinta terhadap organisasinya. Terhadap keluarganya.

Hm...aku beruntung memiliki mereka...

(Terima kasih kepada teman-teman OSIS HORAS, OSIS BEDA, dan OSIS EXELLENT, kalian guru bagiku)

Kamis, 29 Juli 2010

Baby and Me





Hm,,demam Korea kali ini mulai merebak di Indonesia. Sepertinya postingan saya pun harus update dengan yang berbau Korea ya…haha. Sekedar refreshing saja, ada satu drama Korea yang santai dan ringan untuk ditonton. Ya, saya pikir adakalanya kita perlu menenangkan pikiran sejenak dengan tontonan yang ringan walaupun mungkin kita lebih suka serial detektif atau mungkin misteri yang butuh pemikiran jeli.

Oke, kali ini saya akan mengangkat film Baby and Me yang dibintangi oleh aktor yang sudah punya banyak fans di Indonesia (bahkan di kampus saya), Jang Geun Seok.

Alurnya campuran, jadi kalau meleng sedikit bisa bingung. Ceritanya, di sini Jang Geun Seok jadi Han Joon Soo, seorang anak keluarga kaya sekaligus anak tunggal. Dia suka membantu dua orang temannya yang sering berkelahi dengan preman. Tapi ternyata tabiatnya itu diturunkan dari ayahnya yang memang jago berkelahi. Suatu kali, ia hampir menabrak Kim Byeol yang berdiri di depan sekolahnya. Melihat Joon Soo yang begitu tampan, Kim Byeol terpesona dan langsung memutuskan untuk bersekolah di tempat Han Joon Soo. Berbeda dengan Han Joon Soo, Kim Byeol berasal dari keluarga sederhana dengan 9 anak, namun mendapatkan perhatian yang cukup dari orangtuanya.

Ketika sekali lagi Han Joon Soo terlibat dalam perkelahian, orangtuanya sangat murka karena lagi-lagi dipanggil oleh sekolah. Namun orangtuanya kali ini meninggalkan rumah (minggat). Mereka hanya meninggalkan sebuah rekaman yang berisi penyesalan kepada Joon Soo dan cek senilai $100 (sekitar 1 juta) untuk digunakan sehemat mungkin. Mereka janji akan kembali setelah Han Joon Soo menjadi lebih bijak.

Nah, di sinilah masalah dimulai. Saat Joon Soo membelanjakan uangnya untuk berpesta dengan temannya yang lain, ia tiba-tiba menemukan bayi di trolley belanjanya. Ia pun menyerahkannya ke petugas keamanan. Namun, petugas keamanan menemukan sepucuk surat bertuliskan nama Han Joon Soo di keranjang bayi tersebut. Jadilah mulai saat itu Han Joo Soo bertanggungjawab terhadap bayi tersebut. Mengetahui hal ini, Kim Byeol yang sudah terbiasa mengurus adik-adiknya bersedia membantu Han Joon Soo untuk mengasuh Woo Rahm. Berbagai cara Han Joon Soo lakukan mulai dari mencari siapa ibu Woo Rahm dengan menanyakan kepada mantan-mantannya hingga ia putus asa untuk mengasuh Woo Rahm. Ia sempat ingin membuang Woo Rahm dekat tong sampah. Namun entah kenapa selalu saja ada yang menggagalkannya. Ia pun pernah secara tak sengaja meninggalkan Woo Rahm di kereta, namun ikatan batinnya dengan bayi kecil itu membuatnya mencari Woo Rahm di kantor polisi.

Hal-hal mengharukan pun mulai muncul di pertengahan film di mana Joon Soo mulai kehabisan uang sementara orangtuanya belum juga kembali. Ia bekerja sebagai pelayan di sebuah bar. Di sekolah, ia pun menjadi perdebatan guru-gurunya karena membawa bayi ke sekolah. Ia pun bahkan pernah mencopet demi mendapatkan uang untuk membeli susu Woo Rahm. Di pertengahan cerita juga dijelaskan siapa sebenarnya Kim Byeol.

Film ini membuat saya terkaget-kaget dengan kemungkinan yang tidak saya pikirkan tentang siapa sebenarnya orangtua Woo Rahm. Air mata saya tidak bisa terbendung ketika Woo Rahm akan diadopsi oleh orang luar dan Joon Soo menyusulnya ke bandara.

Hm, siapa sebenarnya orangtua Woo Rahm?

Rabu, 28 Juli 2010

Kota Kecilku



Kalau kita mengetikkan kata 'bondowoso' di situs wikipedia, maka akan muncul informasi sebagai berikut:

"Kabupaten Bondowoso, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Bondowoso. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Kabupaten Banyuwangi di timur, Kabupaten Jember di selatan, serta Kabupaten Probolinggo di barat. Ibukota kabupaten Bondowoso berada di persimpangan jalur dari Besuki dan Situbondo menuju Jember…"

Kota kecilku ini sangat terkenal dengan tapenya. Sebenarnya, wisata alamnyapun kaya, namun kurang dipromosikan.

Hm, sesuatu yang membuatku menulis di sini adalah keadaan kotaku yang bisa dibilang adem ayem. Saat pulang dari Surabaya, sebuah kota besar yang ramai menuju ke kampung halaman yang begitu tenang memang membuat nyaman. Tapi, ketika akan kembali lagi ke Surabaya dari kota kecil ini, hati begitu tidak ikhlas meninggalkannya. Masih terlena dengan ketenangan dan kenyamannya.

Kadang aku heran saat mengamati betapa sepi jalanannya. Ke mana orang-orang? Mungkin perbedaan itu diperlukan; kota terlihat padat dan ramai, sementara desa terlihat sepi dan tenang. Tapi, aku rasa mungkin inilah yang membuat kotaku tidak dikenal? Mungkinkah karena orang-orangnya yang intelek justru pergi dari kampungnya?

Yah, bagaimanapun, kota kecilku ini cocok untuk beristirahat karena cukup membuat kangen untuk kembali lagi.