Minggu, 15 Mei 2011

I Hate to be Alone

Suatu hari, seorang aktor sedang menerima telepon dari sahabatnya. Sahabatnya ini sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri karena ia mulai mengenalnya sejak duduk di bangku SMP. Percakapan kecil terjadi,

Sahabat : "Kak, apakah kau sedang sibuk?"
Aktor : "Ya, aku sedang di pertengahan syuting, ada apa?"
Sahabat : "Ah, tidak, aku meneleponmu hanya ingin kau temani makan siang."
Aktor : (tak bisa berkata-kata dan ingin meneteskan air mata karena sedih)
Ia sedih karena teringat tentang kebiasaan sang sahabat. Ia tahu bahwa sahabatnya memiliki suatu kebiasaan, benci menikmati makanannya sendirian. Ia harus ditemani.

(Lee DongHae)

Dialog telepon itu sangat singkat. Melalui cerita di atas, saya ingin mengajak sahabat blogger sekalian untuk lebih peka terhadap orang yang kita sayangi. Apakah Anda semua sudah mengerti kebiasaan sahabat Anda? Apa yang mereka tidak sukai dan yang harus Anda lindungi darinya?

Sabtu, 07 Mei 2011

Why I Love Them Very Much (3)

Ketika kita punya satu keluarga besar yang akrab, sangat sedih rasanya merasakan satu persatunya pergi.

Ketika ketigabelas orang menjadi satu…mereka tidak akan pernah tahu bahwa saudaranya sedang merasakan kelelahan yang luar biasa karena dia tidak pernah bercerita. Semuanya tersembunyi di balik senyum yang selalu ia tampakkan. Hingga suatu hari, sampai pada puncaknya, ia berkata bahwa ia telah dipaksa untuk bekerja habis-habisan, bahkan saat ia sakit. Ia hanya bisa pulang ke negaranya 3 bulan sekali. Ini mengundang respon yang bermacam-macam, salah satu anggota termuda bahkan mentweet, "…bahkan seekor piaraan pun tidak akan menggigit tangan majikannya sendiri…". Saya yakin ini karena kecewa yang berat. Saya pun pernah menangis ketika membaca surat yang rumornya ditulis oleh member termuda itu. Ketika terbiasa tampil di panggung dengan beramai-ramai, pasti sangat sepi ketika sekarang sendirian…namun rumah yang menaunginya masih terbuka jika ia ingin kembali.

Kemudian seseorang yang lain pergi karena ia memiliki sesuatu yang lain. Ia tersadar akan ketertarikannya dengan dunia lain…

Satu lagi pergi karena kewajiban kepada negara…setelah ia mengalami kekacauan akibat pertengkaran dan kecelakaan.

Akhirnya, 13 menjadi 10. Ketika semua orang berkata 'kami menemukan satu di tiga belas orang', maka ketika angka berubah menjadi 10, sesuatu tidak lagi utuh. Ada yang tercuil…

Sang ketua seperti kaget, karena selama ini ia tidak mengetahui apa-apa. Ia berkata bahwa ia tidak ingin lagi kehilangan adik.

Dan kami percaya kalian masih ber-13 di atas sana…kami percaya 13…mereka hanya sedang berkunjung ke suatu tempat, pasti akan kembali kepada saudaranya...

Kamis, 28 April 2011

Why I Love Them Very Much… (2)

Terusan dari tulisan kemarin, kenapa SUPER JUNIOR begitu mempengaruhi saya. Tidak dipungkiri awalnya karena mukanya yang cling-cling, tapi sekarang saya percaya tidak hanya wajah mereka saja yang cakep (plus suara, tentunya).

Saya lebih keranjingan mereka karena mereka selalu diekspose oleh variety show. Dari situlah saya tahu beberapa keunikan dari orang Korea, dan tentunya banyak mengajarkan saya tentang persahabatan.

Kesetiakawanan mereka yang luar biasa patut diacungin jempol. Hubungan yang sangat menghormati kepada member yang lebih tua, walaupun hanya terpaut beberapa bulan. Sungguh, hal ini diperhitungkan di negeri Ginseng itu. Panggilan kakak (hyung/unni) selalu dipakai oleh yang lebih muda. Begitu pula sikap mereka. Mereka tahu kepribadian masing-masing member, tahu siapa nggak suka apa, atau suka apa. Bahkan ketika ada beberapa member yang tidak saling dekat, mereka mencoba mendekatkan melalui sebuah reality show yang pastinya mengocok perut. Akhirnya, pastilah member yang tadinya berjauhan semakin menjadi saudara. Tapi, bukan berarti mereka selalu tenang. Banyak juga member yang usil, suka ngerjain sampai nangis atau marah. Mereka tidak malu untuk mengekspresikan diri, yang saya suka adalah saat mereka saling berpelukan ketika temannya dipermalukan, atau berhasil menampilkan sesuatu. Tidak malu untuk tertawa lebar. Sesuatu yang jarang saya temukan. "Mereka tidak malu untuk bertingkah konyol".

Kedua, ada rekan sesama artis yang bilang begini, "Mereka adalah orang-orang yang keren di atas panggung, tapi ketika tidak di panggung, mereka menjadi kakak yang baik bagi kami". Setuju sekali. Mereka all out saat di panggung, mereka sadar kalau mereka menjadi yang sekarang karena ELF. Bahkan, mereka mendesain panggung yang besar dan bisa mereka kelilingi saat konser. Alhasil, penonton bisa merasa dekat saat mereka berkeliling. Tidak hanya itu, aksi mereka pun habis-habisan, mulai adegan 'terbang' untuk menyebarkan balon, sampai dengan mengambil ponsel penonton untuk melakukan self camera. Ah, sungguh down to earth…banyak yang bilang itu adalah fans service.

Selanjutnya, mereka terbuka tentang diri mereka. Kalau ada seseorang yang punya perasaan tertentu, pasti langsung ngomong. Sepertinya semua orang adalah teman curhatnya yang mereka percayai. Mungkin ini yang membuat para fans Korea memberi mereka banyak bingkisan dan makanan, semoga mereka selalu diberi kesehatan.

Terakhir, merekalah artis yang saya lihat bertingkah seperti orang biasa…berusaha tidak hanyut dengan kepopulerannya. Dan, merekalah artis yang bisa mengajarkan pada saya tentang bagaimana bersikap baik kepada orang lain…

Biarpun saya terlihat begitu mengagungkan mereka, begitu ngefansnya kepada mereka, tapi saya benci dibilang fanatik. Bukan, melainkan…seolah-olah kita sudah berteman juga dengan mereka, seolah-olah mereka bercerita tentang kita semuaaaanya tentang mereka. Inilah kenapa saya banyak menghabiskan waktu di depan laptop untuk mereka, tapi saya juga harus belajar seperti mereka, mencoba akrab dengan teman di sekeliling saya juga. Guru adalah siapapun yang memberi pelajaran kepada kita…

I wish I could get friends like them...

Jumat, 22 April 2011

Why I Love Them Very Much… (1)

SUPER JUNIOR!



Terinspirasi dari blog sahabat, http://okiielovekorea.wordpress.com/2011/02/05/asal-mulanya-suka-super-junior/ saya jadi ingin membuat post tentang ini juga. Awalnya saya suka SNSD, karena kebetulan saya sedang mencari poster KimBum dan majalah yang saya beli meliput girl band beranggotakan 9 orang cewek ini. Sebenarnya majalah itu juga meliput Super Junior, tapi tidak begitu 'ngeh', belum dapat feel. Kemudian barulah saya jadi konsumen youtube yang paling setia. Segala lirik yang ada di majalah itu saya download. Nah, karena sebagian besar MV (Music Video) Korea menampilkan koreografi yang TOP, saya jadi Korean Fever. Beberapa lama kemudian saya 'mendeklarasikan' diri saya sebagai SONE (fans SNSD).

Teman-teman pun tahu kalau saya ketagihan Korea. Kemudian beberapa teman menanyakan pada saya tentang SUPER JUNIOR. Saat itu saya bilang begini, "Ah, saya bukan penggemar SUJU, karena member mereka terlalu banyak". Pikir saya, menghafalkan member SNSD yang 9 orang saja butuh waktu lama, apalagi 13… Saya juga sudah melihat Movie mereka yang Attack on Pin Up Boys, dan lagi-lagi saya belum ngeh kalau pemainnya adalah member SUJU. Bahkan dengan idola saya, DongHae yang menjadi peran utama.

Lambat laun saya akhirnya tahu kalau SUPER JUNIOR dan SNSD satu perusahaan. Saya mendapatkan pinjaman flash disc dari teman untuk mentransfer file. Secara tidak sengaja, ada MV SUPER JUNIOR yang BONAMANA. Nah, penasaran, saya pun mengcopy. Waktu itu saya dapat MV yang digabung dengan group lain, SHINee yang LUCIFER. Kemudian saya membandingkan dance mereka, kok rasanya SUJU lebih manly ya. Nah…kembalilah saya menjadi konsumen sejati youtube. Dan…wah…saya masih harus menculik lagi video mereka ke teman-teman, yang tadinya saya bilang: "Ah, saya bukan penggemar SUJU, karena member mereka terlalu banyak". Harus siap-siap malu nih…

Kemudian saya sangat suka MV No Others. Di sinilah saya mulai melirik Lee DongHae. Karena saya begitu suka dengan aksinya memegang mawar. Ah…begitulah, akhirnya saya menjadi seorang ELF (fans SUPER JUNIOR).

Minggu, 17 April 2011

Not Interesting in...

Apakah Anda punya sesuatu yang tidak Anda sukai? Beberapa hal yang tidak saya suka adalah…
1. Telfon. Di jaman yang serba praktis ini, tentu handphone adalah hal yang biasa. Tapi, saya bukan tipe orang yang suka berbicara di telfon. Akhir-akhir ini kalau ada yang menelepon saya akan saya biarkan saja. Saya banyak merasa bersalah soal ini.
Dulu, saat saya masih duduk di bangku SD saya sering mendapatkan telfon dari teman-teman dan kebanyakan membicarakan hal yang tidak penting. Saya jengkel berbicara seperti itu dan selama itu. bahkan sering pula mendapatkan telfon dari orang yang tidak saya ketahui. Inilah alasan saya tidak menyukai perbincangan melalui telfon.
2. Daging sapi. Untuk hal yang satu ini, saya berusaha untuk menghindarinya karena sewaktu saya kecil, saat saya makan daging banyak yang terselip di gigi saya. Rasanya seperti seluruh gusi saya bengkak, akhirnya saya tidak suka makan daging sapi.
3. Hal-hal lain yang saya tidak sukai adalah mutiara (jelly yang bulat-bulat) dan buah nangka. Untuk yang ini saya tidak punya alasan yang masuk akal. Saya hanya merekam di otak saya kalau mutiara yang dimakan beku itu rasanya keras dan aneh, sedangkan nangka baunya tidak enak.
4. Ular, ulat, cacing. Saya bukannya takut, saya tidak akan menjerit ketika melihatnya. Tapi, melihat cara bergerak ketiga hewan itu yang 'ngesot' membuat saya geli. Hanya merinding saja...

Yah, terkadang kita tidak suka sesuatu hanya dengan alasan yang sepele. Namun, kita sudah terlanjur merekam di otak kita. Bagaimana dengan Anda?

Minggu, 03 April 2011

Pink Month



Akhir semester ganjil lagi yang artinya libur. Saya begitu down, tanpa tahu apa alasannya. Biasanya saya begitu terburu untuk pulang kampung dan menikmati nyamannya kamar saya di desa. Namun kali ini, saya menunda-nunda kepulangan saya. Begitu tenang di kos.

Ketika pulang saya sudah terbiasa dengan kegiatan liburan: online, nonton video klip, dengerin musik. Dan ketika teman-teman lama saya mengajak liburan, saya agak sayang meninggalkan kegiatan rutin saya. Seperti membuat pertanyaan sendiri, kenapa tidak menemui teman lama saja daripada online, atau menonton video yang bisa kapan saja saya lakukan.

Kemudian dengan sendirinya saja memperoleh jawaban. Teman-teman lama saya ini, entah sudah berapa lama saya masih melakukan adaptasi dengan mereka. Mereka, berbeda dengan teman-teman lama saya yang lain. Saya adalah tipe orang yang suka bercanda. Dengan teman saya yang lain, dengan satu celetukan saja saya sudah bisa membuat mereka tertawa, namun dengan teman-teman saya yang ini, ah…saya bisa dibilang garing. Kalau internet pasti sudah muncul: not connected. Oleh karena itu saya berpikiran begini:
"Kalau sedikit, aku ada. Tapi kalau banyak, aku seperti keselip".
Artinya…kurang lebih begini, kalau teman-teman saya hanya beberapa saja saya masih bisa berdialog dengan mereka, tapi kalau mereka banyak, saya seperti tidak ada. Banyak yang bilang kalau hanya dengan mendengarkan kita bisa meringankan beban orang lain. Tapi, ah…saya sudah tidak merasakan kenyamanan lagi.

Di saat seperti itu, saya seperti punya dunia saya sendiri - dan dunia mereka sendiri. beradaptasi dengan mereka, sungguh susah…berbeda dengan teman lain. Meskipun saya ingin.

Rabu, 23 Maret 2011

Saya dan Televisi



Saya dan televisi. Dulu, saat saya masih duduk di bangku sekolah, hampir sehari penuh saya habiskan di depan televisi. Kebanyakan menonton film kartun. Namun lama kelamaan, saya semakin tidak mengerti dengan tayangan televisi yang hari ini kebanyakan diisi dengan sinetron. Saya tidak habis pikir kenapa ibu-ibu, khususnya ibu saya, begitu menyukai alur cerita yang menurut saya, sama saja antara sinetron yang satu dengan yang lain. Saya pikir, jalan ceritanya terlalu dibuat-buat, bahasa gaulnya = lebai. Entah kenapa saya menginginkan suatu cerita yang ringan saja. Kebanyakan sinetron kita terlalu fokus dengan sesuatu yang tegang, yang banyak mengeluarkan airmata si tokoh utama. Entah, saya juga sekilas menangkap bahwa si tokoh utama dibuat sebodoh mungkin, sepolos mungkin, sedangkan si antagonis dibuat sejahat mungkin, sesadis mungkin. Di sisi lain, peran seperti polisi, perawat, bahkan dokter justru dibuat sebodoh mungkin, seperti adegan mengejar maling, atau adegan di rumah sakit, sepertinya si tokoh adalah orang yang memiliki segalanya untuk memerintah polisi atau perawat, atau bahkan dokter. Kalau sudah muncul adegan ini, saya geregetan setengah mati, dan saya akan mengomel di depan televisi.

Hal-hal di atas hampir saya temui di setiap sinetron di Indonesia sehingga saya membuat kesimpulan kalau sinetron di Indonesia semua sama saja. Akhirnya saya sedikit demi sedikit meninggalkan televisi dan beralih ke internet, tepatnya youtube. Saya juga lebih suka drama Korea dibanding sinetron.

Apa yang saya cari? Segala hal berbau Korea. Sampai saat ini saya tidak bisa terlepas dengan laptop saya. Khususnya tentang Super Junior dan Girls' Generation (SNSD).

Lambat laun saya mulai membandingkan artis Indonesia dengan Korea. Korean Fever mulai merambah Indonesia, bukan? Yup, saya jadi punya pendapat:
1. Artis Korea itu tidak jaim. Buktinya, mereka di depan kamera (saat tidak show) tidak malu mengekspresikan dirinya. Mau buka-bukaan tentang sifatnya, jujur, tidak malu menunjukkan keakrabannya dengan teman lain. Ini yang membuat saya kagum dengan mereka.
2. Fans = teman, artinya, mereka sadar dan mau bekerja keras demi fansnya. Mereka seperti bicara kepada teman sendiri saat update status ataupun di depan kamera.

Ini yang bikin saya heran kenapa ada artis Indonesia yang bilang, "Korea itu cuma modal tampang doang". Ah, saya pikir biarkanlah orang suka dengan apa yang mereka sukai, tidak perlu mengkritik, sebab si artis ini tampaknya belum pernah dicekoki video klip Super Junior atau mendengar kisah debut mereka yang jauh lebih sulit daripada di Indonesia. Mereka harus melalui training beberapa tahun untuk muncul di televisi. Atau si artis ini belum pernah mendengar tentang Super Shownya Super Junior yang wah…dan diselenggarakan di beberapa negara. Vidi Aldiano saja sampe merinding…

Tentang boyband Indonesia yang nyatanya menjiplak Korea…bukannya saya tidak cinta produk dalam negeri. Setahu saya itu bukan gaya Indonesia sekali, justru karena saya cinta Indonesia, maka harusnya kita harus menjadi diri sendiri. Setuju?

Terakhir, banyak artis Korea yang cinta Bali, jadi tidak sepantasnya kita mencemooh mereka. Sungguh bukan suatu timbal balik yang baik. kalau memang kita bisa bisa membuktikan bahwa kita lebih baik dari mereka, itu akan lebih baik, jangan sampai saya juga berkesimpulan bahwa…artis Indonesia kebanyakan omong doang, seperti yang sering wara-wiri di infotainment :D peace…

Haha…bagaimana dengan Anda dan televisi?

Jumat, 18 Maret 2011

"Tamu Adalah Raja"

Berbicara mengenai pelayanan dan konsumen, saya akan berandai-andai sebentar.
Seandainya saya adalah penjual atau pemilik toko, saya akan berusaha mencuri hati konsumen saya dengan keramahan supaya suatu hari nanti, toko saya merupakan pilihan utama konsumen untuk datang kembali. Setuju?
Seandainya saya adalah pembeli, saya pasti menginginkan pelayanan yang terbaik dan produk yang memuaskan. Setuju?

Namun saya tidak mengerti dengan satu tempat ini. Ini adalah tempat yang menawarkan jasa internet, wi-fi, store, bahkan laundry. Saya suka berada di sini karena nyaman dan full AC. Saya pernah mengantri di kasir lama sekali (saya lupa karena apa, kalau tidak salah sedang menyetting internet laptop saya) dan sama sekali tidak dipersilakan duduk atau apalah…tapi, saya masih menolerirnya.

Tapi hari ini, saya berhasil dibuat pergi dari tempat ini karena sama sekali tidak digubris. Saya meninggalkan komputer dengan keadaan akun facebook, blogspot, yahoo yang tidak saya sign out saking kesalnya. Permintaan saya sederhana, mouse komputer yang saya pakai tidak berjalan lancar. Tapi si kasir menanggapi, "Baru saja atau sudah dari tadi?"
"Baru saja nggak bisa"
"Berarti tadi bisa?"
"Macet", ditanya seperti ini seakan-akan saya dituduh yang merusaknya. Kemudian saya kembali menunggu si kasir datang. Namun si kasir tidak kunjung memperbaikinya. Bayangkan, apa yang harus saya lakukan dengan komputer yang mouse-nya tidak bisa difungsikan? Alhasil, saya teringat pada beberapa game jual-beli yang konsumennya bisa saja pergi kalau pemilik toko terlalu lama mempersiapkan pesanan. Akhirnya saya cabut flash disk saya dan pergi dari tempat itu. Ah…sungguh, mungkin saya tidak akan pergi ke tempat itu lagi.

Lebih baik ke warnet.

Sabtu, 12 Maret 2011

Motivasi Lain




Apa yang terjadi ketika kita menemukan kegiatan lain yang lebih menjanjikan? Anggap saja kamu sudah punya impian yang memang sudah lama kamu inginkan, dan sekarang kamu sedang menjalaninya. Impian ini tidak begitu saja bisa kamu raih, kamu harus berjalan perlahan-lahan untuk mendapatkannya. Seiring berjalannya waktu, kamu secara tidak sengaja bertemu dengan suatu kegiatan yang lebih menantang dan juga menjanjikan. Sedikit-demi sedikit kamu akhirnya mengakui bahwa kegiatan baru ini lebih menyenangkan daripada impian kamu.

Apakah motivasi ini membuka pandangan baru atau malah memperkuat impian kamu?

Jumat, 04 Maret 2011

Impian




"Ketika mimpimu yang begitu indah tak pernah terwujud
Ya sudahlah…"

Lagu Bondan Prakoso ini sempat populer karena sarat akan makna. Yah, saya juga menyukainya karena begitu nyaman didengar. Tapi saya agak tercengang dengan syair di atas.

"Ketika mimpimu yang begitu indah tak pernah terwujud
Ya sudahlah…"

Beberapa orang memotivasi untuk tidak takut bermimpi, untuk terus mengejar impian. Tapi tampaknya Bondan punya cara pandang sendiri untuk berhenti bermimpi ketika mimpi itu tidak pernah kita raih. Hm, bagaimana pendapat Sahabat tentang syair ini? Apakah memang kita harus punya titik henti untuk mimpi kita?

Mimpi yang bagaimana maksud Bondan?

Jumat, 11 Februari 2011

I'm Pretending Don't Want to Know

Bukankah aku sudah tidak ingin lagi membicarakanmu?

Ya, beberapa waktu lalu aku berkata seperti itu

Tapi sekarang biarkan aku BERPIKIR TENTANGMU SEJENAK SAJA

Sekelumit cerita tentang dirimu muncul lagi biarpun aku sudah bertindak seperti tidak mau tahu


Cerita bahwa, selama ini kamu menyukai orang lain sebelum dia mendekatimu, dan aku tidak habis-habisnya heran kenapa kamu justru memilih orang ini daripada orang yang kamu sukai? Kenapa, tidak sedikitpun kamu memperjuangkan hatimu yang sebenarnya? Kenapa justru menyerah pada keadaan?

Sesekali aku berpikir, apakah mungkin kamu memilih orang ini dengan alasan: "Karena dia suka aku, maka aku harus belajar menyukainya juga"?

Bagaimana kalau ternyata orang yang kamu sukai memiliki perasaan yang sama denganmu? Apakah kamu tidak ingin mengetahuinya juga?

Lihat, BERPIKIR TENTANGMU SEJENAK SAJA sudah cukup membuatku banyak bertanya. Biarpun sebenarnya aku ingin tahu siapa orang yang kau sukai itu, aku akan berpura-pura tidak ingin tahu...

Jumat, 04 Februari 2011

Cerita tentang Saya dan Earphone

Sekarang saya lebih sering menggunakan earphone. Alasannya adalah, selain saya suka mendengarkan lagu Korea akhir-akhir ini (walaupun sebenarnya saya tidak mengerti artinya), saya adalah orang yang mudah melamun. Katakanlah ketika saya sedang menyetir sepeda dan pergi ke suatu tempat, maka imajinasi saya mulai muncul. Tentang apa saja. Ini berbahaya bukan, berimajinasi di saat sedang menyetir sepeda. Tapi entahlah, saya masih bisa awas di jalanan.

Lain lagi ketika saya sedang tidak menyetir sepeda, entah itu di rumah sakit atau di kelas dan tidak ada kegiatan sama sekali, saya hanya duduk malas. Teman-teman sering menegur saya karena melamun. Bagaimana mereka bisa tahu kalau saya melamun? Entah, mungkinkah bisa terbaca hanya dari pandangan mata? Setelah ditegur, saya selalu kesal pada diri saya: kenapa sesering ini…

Suatu ketika, saya sampai pada puncak kekesalan saya ketika mengendarai sepeda ke arah terminal. Saya ditegur oleh seseorang sambil melambaikan tangan karena mengendarai sepeda hampir ke arah tol. Awalnya kaget, saya pun menghentikan sepeda dan seperti terjaga dari tidur, saya beristighfar dan lagi-lagi bertanya: kenapa sesering ini…

Akhirnya, saya mencoba benda ini untuk menghindari melamun terlalu berlebihan: earphone. Tidak ada rekomendasi dari siapa-siapa mengenai hal ini, hanya saja saya mencoba untuk berkonsentrasi dengan mendengarkan lagu agar tidak lagi melamun. Semacam music therapy. Dan sekarang, saya selalu melakukannya dan menjadi semacam suatu kebiasaan. Lama-lama saya menginginkan sebuah headphone. Hihihi… :p

Senin, 31 Januari 2011

Kurang Tanggap

Saya ini tipe orang yang…begini, saya dididik dalam keluarga yang tidak terlalu terbuka masalah perasaan. Bapak dan ibu saya adalah orang yang pendiam. Sejak kecil saya diasuh oleh kakek dan nenek saya. Yah, boleh dibilang saya dimanja. Saya terbiasa menerima segala sesuatu dengan beres. Mungkin inilah yang membuat saya memiliki satu sifat kurang tanggap. Ketika misalnya, teman-teman saya dan saya melihat sampah berserakan, sementara orang lain memungutnya dan membuangnya ke tempat sampah, saya hanya bergumam, "Ya ampun, kotor sekali". Diperlukan orang yang menghantarkan suatu stimulus kepada saya untuk menegur, "Ki, tolong dipungut dong sampahnya". Barulah saya bergerak. Sebenarnya saya sadar tentang hal ini, namun sekali lagi, harus ada yang memberi suatu stimulus kepada saya.

Bagaimana Anda mengatasi hal ini?

Kamis, 27 Januari 2011

Resolusi

Tahun 2011, saya butuh sesuatu yang menjadi fokus saya. Dan saya putuskan bahwa, tahun ini SAYA HARUS MENYELESAIKAN SEBUAH NOVEL.

Saya sering heran sendiri, keinginan untuk menerbitkan sebuah novel itu sudah lama sekali muncul, pas saya masih duduk di bangku SMP. Tapi kenapa belum juga terealisasikan…kalau dipikir-pikir, beberapa tahun ini apa yang saya lakukan? Dulu saya sempat iseng menerbitkan kumpulan cerpen sendiri yang juga saya print sendiri-dengan pengorbanan…niat saya untuk kumcer itu sungguh besar. Ketika sudah saya jilid rapi, saya edarkan kumcer itu kepada teman-teman yang suka membaca, dan saya minta mereka untuk menuliskan komentarnya di halaman kosong paling belakang. Kebiasaan ini saya teruskan sampai SMA, seingat saya sudah 2 kumcer yang saya 'terbitkan'. Dan sekarang saya ingin benar-benar menerbitkan sebuah novel, sungguh...

Selasa, 25 Januari 2011

Berbagilah…

Cerita yang satu ini masih pengalaman pribadi dan masih berasal dari RS. Huwa…saya percaya, banyak sekali cerita tiap hari kalau kita mau mengamati. Dan sekarang saya percaya, kenapa soft skill itu penting sekali diajarkan sejak kecil. Kalau kita terbiasa dengan lingkungan dan keadaan yang sangat buruk, maka seperti itulah kita nantinya.

Suatu waktu, masih dengan rekan sesama mahasiswa beda universitas. Saya akui, waktu itu jumlah mahasiswa di ruangan sangat banyak. Otomatis memang akhirnya kami dipaksa harus berebut - dengan aturan pastinya, untuk mendapatkan kompetensi. Hari pertama, kami masih bisa berbagi kompetensi dan menurut saya, semuanya berjalan lancar. Namun, hari kedua, di saat petugas ruangan membawa trolley berisi alat injeksi, beberapa mahasiswa beda universitas langsung mengambil dan membawa semua spuit (jarum suntik) ke pasien. Otomatis, saya dan teman-teman tidak kebagian satu pun spuit. Kami langsung bingung, "Loh, ini maksudnya gimana kok semua jarum dibawa? Trus kita gimana?", tidak hanya kami, petugas ruangan pun bingung dengan sikap beberapa mahasiswa itu. Kami pun punya prasangka buruk, mungkinkah mereka takut tidak kebagian kompetensi atau malah merebut kompetensi? Sekali lagi, di sini saya yakin bahwa komunikasi itu sangatlah penting.

Tidak sampai di situ saja, kali ini petugas kesehatan yang menangani pengambilan darah tadi dibuat bingung karena mahasiswa tadi tidak melihat atau bertanya sebenarnya berapa cc darah yang diperlukan. Ada yang mengambil 5 cc padahal petugas hanya butuh 2 cc, "Ini terlalu semangat menyuntiknya, padahal saya hanya butuh 2 cc. Kalau seperti ini kan sayang sisanya dibuang ". Padahal, darah itu setiap cc pasti berharga. Ada pula yang hanya mengambil 2 cc padahal butuhnya 7 cc, alhasil si pasien ditusuk lagi untuk mengambil kekurangannya. Ini pasti menimbulkan trauma. "Makanya, jarum itu jangan dibawa semua, jangan asal tusuk, tolong dilihat bukunya butuh berapa…", sampai-sampai saya heran kenapa petugas kesehatan itu begitu sabarnya menanggapi para mahasiswa yang ceroboh…ckckck…

Bertindak cepat itu penting, tapi bukan grasa-grusu. Lebih teliti dan bertindak tepat akan lebih berharga, dan…lihatlah di sekeliling Anda, apakah ada yang bisa diajak kerjasama.

Rabu, 19 Januari 2011

Welcome 2011!



Ok…welcome new year,,.

Kali ini aku ingin menulis tentang senior dan junior, khususnya di rumah sakit.

Beberapa minggu lalu menjelang PBP di RS, aku selalu bersemangat untuk mendapatkan kompetensi baru. Sebenarnya dari PBP I semester lalu, secara tidak sadar masing-masing mahasiswa pasti ketar-ketir khususnya soal menghadapi petugas kesehatan yang galak. Yah, siapa sih yang nggak kuatir soal ini: mahasiswa baru yang masih belajar dihadapkan pada situasi yang dituntut untuk serba cepat. Apalagi SELALU saja ada isu yang sebenarnya tidak diinginkan namun menjadi suatu kenyataan kalau: mahasiswa D3 SELALU dianggap lebih terampil dibandingkan mahasiswa S1. Akhirnya kami SELALU memiliki benteng yang tak kasat mata untuk memaklumi dengan alasan bahwa rekan D3 SELALU terjun ke lapangan sedangkan kami harus belajar teori. Dan, saya benci untuk mengakui bahwa dalam ranah keperawatan di jaman ini pun, status pendidikan masih terkotak-kotak.

Nah, entah kenapa semester ini setiap pulang dari rumah sakit perasaan tidak nyaman SELALU lebih besar dan kuat. Itu karena kotak-kotak tadi. Kotak-kotak yang menjadi pembeda, sehingga tindakan yang sedikit lebih besar dipercayakan untuk golongan tertentu, dan saya tidak pernah punya kesempatan untuk mencoba. Kotak-kotak yang membuat seolah-olah kami tidak hadir di tempat itu. Kotak-kotak yang membuat kami bingung, sebenarnya mau dibawa ke mana kompetensi ini…

Banyak hal sebenarnya yang membuat saya jengkel. Satu hal yang membuat hati lebih jengkel adalah, cara bicara yang kasar. Tidak satu-dua kali saya mengalami hal ini, namun pembicaraan yang paling terekam di pikiran saya adalah ketika membantu seorang rekan sesama mahasiswa (beda universitas) merawat luka seorang pasien. Dia mendorong trolley peralatan rawat luka sedangkan saya di belakangnya. Ia tampak kesulitan, sedang saya tidak tahu mau ke mana trolley itu didorong.

Dengan jengkel dia menyuruh saya, "Mbak, tolong ya didorong biar saya yang narik, gitu!". Dengan sopan walau hati saya sudah tertusuk saya balik bertanya, "Memangnya mau dibawa ke mana?", setelah dia memberitahu saya pun membantunya.

Tidak sampai di situ saja, saat mahasiswi tersebut menggunting kasa dan kesulitan, saya menganjurkan, "Disobek saja mbak, kasanya" (Saya pernah melihat dosen saya menyobek kasa tanpa gunting, dan sungguh, hasilnya masih lebih rapi dibanding guntingan mahasiswi ini, kata dosen saya, 'Make your hand as a tool', ketika berada di lapangan, sungguh, seni lebih diperlukan daripada teori).

Dan apa kata mahasiswi tersebut menanggapi saran saya?

"Apa? Disobek? Nanti kalau nggak rapi gimana? Kalau serabutnya ke luka pasien gimana?"

Sungguh, saya tidak memaksa suatu saran, dia boleh menerima atau menolak, tapi saya lebih-sangat-menerima-sekali kalau dia menyampaikannya dengan bahasa yang lebih halus. Sangat. Ketika ini terjadi, memang rasanya ingin menumpahkan segala kekesalan. Dada saya terasa sesak sekali diperlakukan seperti itu. Bagaimana tidak, petugas ruangan saja masih sopan kepada mahasiswa, tapi mahasiswi yang satu ini sungguh…

Keterlaluan.

Oleh karena itu sahabat sekalian, saya menghimbau kepada Anda semua, marilah kita lebih memperhatikan nada suara dan gaya bahasa kita. Ketika Anda tidak satu pikiran dengan lawan bicara, gunakanlah nada yang halus. Anda mungkin tidak ingat telah mengeluarkan kata-kata yang kasar, tapi siapa yang salah kalau lawan bicara Anda sakit hati dan selalu mengingat kejadian itu? Ah…mulutmu - harimaumu.

Rabu, 12 Januari 2011

A Good Communication

Kali ini aku belajar banyak soal komunikasi. Aku sudah tidak ragu lagi untuk memulai pembicaraan dengan keluarga pasien, alhamdulillah banyak nasehat yang aku sampaikan. Pengkajian bisa kepada siapa saja, dengan mendengarkan, aku pikir bisa meringankan beban sejenak.

Salah satu pasien yang begitu agresif tiba-tiba hari ini down. Walaupun dia usil dan dalam taraf berbahaya, melihatnya lemas dan berkata ingin bunuh diri sungguh sedih rasanya. Ibunya sampai menangis mendengarnya, tapi aku kasih support.

Kemudian aku beralih ke jiwa anak. Anak-anak yang katanya autis dan ADHD banyak sekali, apalagi yang RM. Aku mencoba melihat dari sisi lain, bahwa sebenarnya mereka unik. Ada misteri di balik kenapa dia selalu aktif, atau malah tidak bisa memperhatikan. Haah…andai saja aku PBP di ruang jiwa terus...

Kamis, 06 Januari 2011

My Mind Gonna be Stronger

Weekend kemarin pulang karena ada rapat MAGENDA. Seperti biasa, aku selalu rela mengorbankan segalanya untuk kumpul. Waktu yang kuhabiskan di perjalanan lebih lama dibanding waktu yang kuhabiskan di rumah. Aku berangkat dari Surabaya sehabis subuh, dan sampai di rumah jam dua belas pas. Padahal aku hanya punya waktu sehari. Padahal waktu itu rapat dimulai jam dua belas, tapi aku selalu heran apa yang membuatku selalu rela untuk datang…ini selalu terjadi sejak SMA. Selalu meluap-luap, walaupun aku tahu yang datang hanya segelintir orang.

Karena luapan ini, aku selalu hadir di rapat OSIS ataupun acara kelas

Karena luapan ini, aku selalu terus walaupun di tengah perjalanan aku terjatuh di atas aspal

Entah, aku tidak tahu apa yang membuatnya mampu menggerakkan otot terbawah dari tubuhku untuk terus berjalan

Aku tidak tahu dari mana asalnya kekuatan besar itu

Namun entah karena apa, pulangku yang kali ini membuatku sadar aku tidak perlu lagi banyak-banyak merepotkan orang tuaku untuk mengantarku ke sana dan ke sini. Ini soal kendaraan. Jadi sekuat apapun kekuatan itu harus kuredam dengan kalimat:

"It's the right time to say good bye to the past, and say hello to the future…"

Sebenarnya bukan hanya karena kendaraan, ini soal memori yang tiba-tiba saja muncul.

Perjalanan kembali ke Surabaya diisi oleh lagu-lagu sendu yang membuatku tetap terjaga. Kepalaku terisi penuh dengan rencana kecilku yang kala itu menjadikan kapasitas rongga kepalaku penuh. Keinginan kecil ini yang jika dibiarkan akan terus meluap dan aku butuh wadah untuk menampungnya.

Semoga terlaksana, amin.

Senin, 03 Januari 2011

I Want to, But It Still…

Aku mau, tapi itu tetap tinggal

Kenapa hatiku selalu begini, baru merasa ketika sudah jauh

Apalagi ketika aku tahu kau sedang duduk sendiri

Maka aku akan mencari suatu topik yang membuat kita dekat

Apalagi kau dan aku menyukai banyak hal yang sama

Mengetahui kalau buku catatanku kini kau pegang

Maka aku pun tersenyum, tapi cukup dalam hati

Dialog kecil menggoda

Bahwa aku mulai gila dan kacau karena dirimu mencari wanita lain

Membuatku cukup bingung, haruskah aku tersenyum karena senang teman-temanku mengetahuinya

Ataukah sedih karena memang begitu kenyataannya...

Minggu, 02 Januari 2011

Strong Heart




Hatiku sudah tidak mempan lagi leleh ketika aku tahu kau menangis

Walaupun aku sebenarnya menerka tentang penyebabnya

Aku tidak ingin mengelus punggungmu lagi dan berkata "tenang"

Sebab kau pernah membuat hatiku menjadi terombang ambing

Sedangkan untukmu lelaki, aku sudah tidak lagi melelehkan air mataku dan membuat hatiku was-was

Walaupun aku masih terheran-heran kenapa kau mempertahankannya tanpa hatimu

Aku tidak ingin memunculkan bayanganmu lagi dalam mimpiku

Sebab kau tak pernah menegaskan hatimu sendiri, bagaimana kau bisa menegaskan hatiku?