Jumat, 06 Agustus 2010

Missing That Time (3)

Aku akan menulis tentang sekumpulan orang yang memilih untuk bersama. Memang, untuk diriku sendiri mereka adalah sekumpulan orang yang juga tidak sempurna. Aku benar-benar bisa menemukan tempatku di antara mereka. Di dalam kumpulan ini, aku benar-benar diperlakukan sebagai teman, sebagai manusia. Ketika aku bersama mereka, seakan-akan aku dibawa menyusuri tawanya, walaupun sebenarnya bukan diriku yang mengalami kesenangan itu, tapi dalam cerita mereka seakan-akan akulah peran utama yang mereka perbincangkan, dan itu membuatku tertawa. Entah, perbedaan yang benar-benar mencolok di antara kami menjadi samar. Kami bisa berjalan sejajar dengan tetap memahami siapa yang berada di samping kami.
Padahal kami benar-benar tahu, masing-masing dari kami memiliki egois yang luar biasa besar.
Kami mengakuinya tanpa perlu menuliskan sebuah perjanjian.

Di lain sisi, aku pun mengalami waktu di mana aku merasa bahwa merekalah orang terjahat di dunia. Aku pun pernah merasa bahwa mereka orang yang tidak mau memahamiku.
Orang-orang ini terkadang cukup tertutup, cukup jahat untuk tidak berbagi dengan orang yang mereka anggap teman dekat.
Orang-orang ini terkadang cukup banyak alasan, cukup meragukan untuk disebut sebagai teman dekat.
Orang-orang ini terkadang terlalu banyak teman, sehingga cukup merepotkan juga untuk diajak berbicara sebagai teman dekat.
Orang-orang ini terkadang cukup pendiam sehingga tidak tahu apa yang sedang terjadi pada mereka.
Orang-orang ini terkadang terlalu memerintah, sehingga cukup lelah untuk mendengarkan mereka dan lebih memilih untuk menyerah saja.
Tetapi, orang-orang ini terkadang terlalu cepat hilang sehingga mereka cukup pantas untuk dirindukan.
Merekalah orang-orang pertama yang secara 'lancang' mengkritik diriku secara ramai-ramai. Mereka yang dengan 'lancang' berkata apa adanya tentang diriku. Membuat hatiku menciut, ingin marah, memberontak, tapi aku masih bisa tersenyum.

Namun, aku menjadi lega karena justru itu membuatku mengerti bahwa aku belum benar-benar mengenali diriku sendiri. Aku menjadi tahu siapa aku dan bagaimana aku. Itu membuatku sadar bahwa sebenarnya:

  • Ketika aku merasa bahwa merekalah orang terjahat di dunia karena merekalah orang terdekatku
  • Ketika aku merasa bahwa mereka orang yang tidak mau memahamiku karena aku memang benar-benar membutuhkan mereka

Bagaimanapun, soerang teman belum layak dikatakan sebagai teman ketika mereka belum mengalami konflik. Siapa bilang mereka rukun? Pertengkaran mereka jauh lebih sering dibandingkan kekompakannya. Satu orang membicarakan yang lain di belakangnya. Mereka berbicara tentang kelayakan, sifat buruk, sampai kemarahan yang jauh lebih jahat. Namun, seiring dengan waktu kami memang dipaksa untuk bersikap lebih dewasa. Kami akhirnya menemukan bahwa esensi dari hubungan ini adalah perbedaan. Kami menyebutnya keunikan. Ya, baik buruk masing-masing di antara kami memang itulah diri kami.



4 komentar:

  1. Sejenak tafakur dalam kehingan……..
    Memaknai arti hidup dalam seraingkaian khilaf dan dosa…..
    Lisan kadang tak terjaga,….
    Jannikadang terabaikan,……
    Hati kadang berprasangka,….
    Sikap kadang menyakitkan,…..
    Harapan ini akan menjadi indah…..
    Jika maaf & silahturrahim ada diantara kita.
    Selamat menempuh bulan suci Ramadhan 1431 Hijriah.
    Mohon maaf lahir dan batin.
    Semoga Allah selalu memberikan
    Taufiq, Hidayah, Maghfirah dan Ridho-Nya untuk kita semua.
    Amiiiii….n !

    BalasHapus
  2. benar2 tulisan yang inspirasional :) you go girl

    BalasHapus

silahkan komen yaa...jangan lupa kasih alamat blog kamu, nanti aku balik kunjungi ^_^
thanks!