Kamis, 01 Juli 2010
Short Story: A Dream of Early June
Awal bulan Juni. Saat bangun dari tidurku, aku sedikit tersentak menyadari mimpi tadi malam. Aku baru menyadari ternyata sahabatku yang dulu sempat dekat lewat chatting, yang dulu pernah melontarkan sedikit kalimat yang membuatku melambung tinggi dan memberikan harapan yang sampai sekarang masih mengalir di hatiku, semalam hadir memberikan arti tersendiri dalam mimpiku. Di dalam mimpi itu, aku masih duduk di bangku SMA. Mengikuti pelajaran dengan wali kelas yang sama. Sedikitpun tak terlintas bahwa aku sedang bermimpi…
Dalam mimpi itu, ada seseorang yang memberitahu wali kelas bahwa dirimu tidak hadir. Waktu itu, alangkah cemasnya aku mengetahui hal itu karena mereka tidak tahu mengapa kamu tidak masuk. Aku merasakan segenap perasaan yang tidak nyaman, sepertinya jantungku berdegup dengan kencangnya. Aku tidak bisa menyelesaikan tugas dari wali kelas.
Kemudian, secara serta merta kamu datang dan duduk setelah meminta ijin untuk masuk karena terlambat. Saat itu, sobat, mataku terus mencarimu, mengikutimu hingga kau melihat ke arahku. Namun kau hanya berbicara dengan teman-teman yang lain. Aku pun mendengar dengan jelas suaramu. Jelas sekali itu suaramu! Kemudian, aku memanggilmu. Saat kau menoleh, aku memasang ekspresi apapun yang menunjukkan bahwa aku khawatir, "Dari mana?". Kaupun melemparkan padaku dua buah jeruk yang sudah kau kupas sambil berkata padaku, "Maaf…maaf". Seolah-olah kau memahami bahwa aku begitu mengkhawatirkanmu. Saat itu sobat, melihat wajahmu yang begitu tenang cukup meredakan degup jantungku yang keras.
Saat aku menyadarinya waktu bangun tidur, jantungku kembali berdegup kencang dan air matapun mengalir dari dua mataku. Aku merindukanmu, sobat… apa yang harus kulakukan? Harapan yang kau berikan itu, sekarang masih kusimpan di hati, siapa tahu nanti aku harus membukanya kembali saat harapan itu benar-benar ada?
Kesalahanku saat kau menanyakan harapan itu kembali secara tersirat adalah, aku terlalu buta oleh mana yang nyata dan yang tidak nyata. Sungguh, awal bulan ini aku baru menyadari semuanya hanya lewat mimpi itu. Aku menyesalinya. Aku benar-benar buta, padahal yang tidak nyata tidak pernah hadir kepadaku. Aku masih menunggu sobat. Tapi aku akan diam di sini. Dengan kekhawatiranku yang benar-benar datang setelah mimpi itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
q suka ky ceritanya........
BalasHapusberkesan sekali.....
terima kasih...anonim siapa?
BalasHapuskayaknya fakta ya? kayak cerita 2 tahun lalu. hehehe
BalasHapus2 tahun lalu??wew...kayaknya lelet sedang mengetahui sesuatu nih...apa tuh??
BalasHapusGadis Pingitan... wkwkwkwk
BalasHapus@lelet: gak nyambung let...
BalasHapus