Cerita satu ini tentang sesosok kawan yang telah pergi lebih dahulu menemui Sang Pencipta. Dia pernah menjadi orang yang mengisi hari – hariku. Pernah membantuku. Pernah bekerjasama denganku. Pernah mengejekku. Pernah menyapaku.
3 Agustus lalu, saat aku hampir berjumpa dengan liburan terakhir, aku sempat sangat memohon kepada Tuhan, did alam hati berharap,
“Semoga beberapa hari ini OSIS mengadakan acara reuni atau kumpul – kumpul karena aku sangat kangen dengan mereka”
Tuhan mengabulkan permintaanku,
Dalam acara berduka,
Bridigo Anata, kakak kelasku sekaligus mantan pengurus OSIS juga, meninggal dunia pagi hari, tanggal 5 Agustus 2009, tepat 2 hari setelah aku memanjatkan permohonanku. Pagi setelah aku membantu ibu di dapur, seperti biasa aku kembali akan tidur. Aang mengirimiku SMS memberi kabar itu. Otomatis aku langsung terjaga dari tidur. Saat itu juga aku menghubungi teman-temanku, menanyakan kebenaran berita. Tugas dan kak Arifi membenarkan berita itu. Lalu aku bertanya kepada Tugas apakah teman-teman tidak melayat. Akhirnya, jam setengah 4 sore kami berkumpul. Sebelumnya, aku mengirim SMS kepada Sari dan Tia. Keduanya sakit jadi tidak bisa ikut. Akhirnya aku menjadi ragu lagi, karena merasa tidak ada teman. Lalu kucoba mengirim SMS kepada Rizka dan Andika, tapi tidak ada balasan dari Rizka. Andika terlebih dulu mengirimiku SMS bertanya siapa saja yang ikut. Aku memberitahu kalau aku baru akan berangkat. Setelah yakin akan ada teman, aku benar-benar berangkat.
Di sekolah, tepatnya di café Mami, ada Andika dan Sahid. Mereka masih menunggu teman-teman yang lain. Kemudian ada Syarif dan adik kelasnya yang tergabung dalam PAFF. Beberapa waktu kemudian, Tugas datang dan mengajak dek Yayak, juga adik-adik OSIS yang tidak aku kenal.
Di rumah duka…
Aku mendengar ceritanya.
Awalnya, kak Digo akan kembali ke Malang malam hari, tapi ibunya melarangnya karena jalan di Arak-arak sepi. Akhirnya, kak Digo menundakeberangkatannya esok hari. Dia berboncengan dengan kak Yuda (aku tidak kenal), sekitar jam 6 pagi (saat itu aku akan tidur kembali setelah membantu ibu). Kak Digo di belakang. Sebelum berangkat, ibunya bertanya apakah dia tidak akan mencium tangan ibunya. Kak Digo yang tadinya sudah memakai helm melepasnya lagi. Naasnya, di Besuki sepeda mereka terpeleset. Kabarnya, sepeda dan helm kak Digo jatuh di hutan bakau (diduga helmnya lupa ia kunci setelah mencium tangan ibunya). Kak Yuda selamat, kak Bridigo tidak.
Kak Digo ke Malang untuk menemani kak Yuda yang akan tes, sedangkan kak Digo sendiri akan pindah kos.
Padahal dia selalu aktif mengubah status di facebook. Ya ampun, namanya Bridge Go. Aku selalu membacanya. Aku pernah berdebat dengannya tentang rokok, dia pernah berpendapat, orang tidak akan mati hanya gara-gara rokok. Ya, kak…memang benar.
Sewaktu masih sama-sama di OSIS dia selalu memanggilku Bu Erna. Wah…aku tidak akan berhenti bercerita tentangnya…
Sepulangnya dari sana, Tugas mengajakku sholat di mushola sekolah. Setelah berjamaah, dia menraktir kami semua. Waaaah…ada appa yeaaaaa?? Kayaknya ni, pajak jadian dia dengan yang namanya Sabit? (aku tahu dari FB, tidak kenal, juga hanya menerka). Sayangnya, aku harus pulang lebih dulu jadinya dibungkuuuuus…..
Sampai saat ini, foto wajahnya masih terpampang di facebook. Bridge Go…
‘go to the bridge with peace…’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komen yaa...jangan lupa kasih alamat blog kamu, nanti aku balik kunjungi ^_^
thanks!