6 Maret 2010 yang lalu, saya mengikuti Seminar Stem Cell di Fakultas Kedokteran UNAIR. Salah satu yang membuat saya ikut acara ini adalah pembicaranya yang saya kagumi, yaitu Prof. Dr. Suhartono Taat Putra, dr., MS atau yang akrab dipanggil Prof. Taat.
Beliau adalah pembicara pertama di acara tersebut, sayang sekali waktu dengan beliau begitu mahalnya, begitu singkatnya karena beliau ada acara lain di Semarang. Ya, apa lagi kalau bukan tentang ilmu beliau yang begitu luar biasa, PSIKONEUROIMMUNOLOGI (PNI). PNI ini sudah menjadi mata ajar wajib di beberapa STIKES di Jawa Timur, dan sekarang sedang merambah ke Jawa Tengah melalui acara di Semarang itu. Saya merasa saat itu Prof. Taat terburu-buru, mungkin karena harus mengejar pesawat di Juanda? Beliau juga membawa istrinya, dr. Elyana STP Asnar, atau akrab dipanggil dr. Nana (yang akhirnya saya tahu bahwa kepanjangan dari STP adalah nama panjang dari Prof. Taat). Saya juga merasa sayang sekali saat itu pembicara dan peserta yang terlambat tidak bisa menyaksikan Prof. Taat membahas tentang Sel Punca (Stem Cell). Saya berkata dalam hati, “Orang-orang ini seharusnya menyaksikan dosen favorit saya menyampaikan materi!”.
Sebelumnya, saya mendapatkan handout materi seminar ini, termasuk materi Prof. Taat beserta curriculum vitae beliau. Beberapa yang saya kagumi adalah tentang pendidikan tambahan beliau:
Course of Cancer Immunology di UK, Postdoct in Generic Engineering di USA, Molecular Epidemiology on Breast Cancer di USA.
Serta tugas tambahan beliau:
1. Ketua Unit Grha Masyarakat Ilmiah Kedokteran FK UNAIR – RSUD Dr. Soetomo
2. Ketua Kelompok Studi Psikoneuroimmunologi FK UNAIR
3. Editor in-Chief Folia Medica Indonesiana (terakreditasi) FK UNAIR & Biologi Molekular FK UNAIR
4. Ketua Divisi Patobiologi Departemen Patobiologi Anatomi FK UNAIR
5. Pendiri & Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Patobiologi Indonesia
6. Pendiri & Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Psikoneuroimmunologi Indonesia
7. Pendiri & Dewan Ilmiah Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI)
8. Anggota Komtek Teknologi Kesehatan – Obat Dewan Riset Nasional (DRN)
Nah, yang bikin cukup iri adalah…karya ilmiah beliau yang mencapai 11 buku dan 135 makalah – ilmiah penelitian. Subhanallah…
Ingin kenalan? Alamat e-mail beliau di taatputra@yahoo.com
Hm…beliau menerangkan tentang Sel Punca: Harapan dan Tantangan. Saat beliau menerangkan, saya teringat kepada cerpen sahabat saya yang mengangkat tentang Stem Cell. Waktu itu, sahabat saya berhasil bertemu dengan juri karena ceritanya yang berani tampil beda, mengangkat ilmu pengetahuan ke dalam cerpen (salut!). Sahabat saya mengangkat fenomena itu karena kuliah singkat dengan guru biologi saya (Bapak Prima Arief). Beliau mengatakan hal yang hampir mirip dengan Prof. Taat, bahwa ketika kita membutuhkan sel pengganti, maka kita bisa mendapatkannya dari stem cell, karena stem cell dapat berdeferensiasi menjadi berbagai macam sel. Bapak Prima juga mengatakan bahwa salah satu cara di luar negeri adalah dengan menawarkan jasa Bank Sel, menyimpan sampel dari plasenta (ari-ari). Ini pula yang diangkat oleh sahabat saya dalam cerpennya, jadi saya tidak heran lagi kalau dia beruntung untuk bertemu dengan juri.
Ada beberapa fenomena baru yang saya kagumi dari informasi Prof. Taat,
“Orang yang bahagia perkembangan protein dalam tubuhnya akan lebih baik. Akan muncul 23 gen baru yang semula tidak ada. Salah satu gen akan mengaktifkan adenilsiklase yang berfungsi untuk meregulasi gula darah. Sedangkan 22 gen yang lainnya masih belum diketahui.”
Ada juga pernyataan yang berhubungan dengan PNI,
“Sakit itu berawal dari pola pikir yang salah.”
Setelah Prof. Taat menyampaikan materi, beliau membuka diskusi terbatas karena beliau juga harus pergi ke Semarang.
Kemudian pembicara kedua, M. Sajid Darmadipura menyampaikan materi tentang Tinjauan Etik dalam Terapi Stem Cell.
Pembicara ketiga, Muhammad Shiddiq Al Jawi dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan tentang Terapi Stem Cell (Sel Punca) Menurut Perspektif Syariah Islam. Nah, inilah yang menjadi perhatian saya karena ada beberapa pengetahuan yang justru membuat saya cukup kaget. Tampaknya, tidak hanya saya, melainkan semua peserta seminar pun dibuat heran. Hal ini terbukti ketika sesi diskusi dibuka, sepertinya beberapa peserta bertanya dengan antusias kepada bapak yang satu ini. Seakan-akan kami memiliki lebih dari 3 pembicara karena pertanyaan mereka begitu panjang seakan-akan mereka pun memberikan materi kepada kami. Selain itu, moderator pun ikut bertanya kepada pemateri. Wah…saya baru tahu yang seperti ini!
Hal yang menjadi perdebatan adalah:
Hukum Syara’ Terkait Aplikasi Stem Cell
“Jika stem cell diambil dari mayat, hukumnya haram, karena melanggar kehormatan mayat yang harus dijaga”
“Haram hukumnya melakukan pembedahan atau perlukaan pada mayat”
Sabda Rasululah SAW: “Memecahkan tulang mayat adalah sama (dosanya) dengan memecahkan tulang manusia yang hidup”. (HR. Ahmad, Abu Dawud)
“Kecuali jika stem cell yang diambil dari mayat itu diambil dari mayat manusia nonmuslim atau yang tidak terpelihara darahnya (ghairu ma’shum addam), misalnya orang kafir harbi, maka hukumnya boleh”
Satu pertanyaan yang timbul di benak saya adalah, “Bagaimana dengan proses pembelian mayat/kadaver yang digunakan untuk praktek kedokteran? Bukankah proses itu melewati proses peradilan?”
Sampai acara selesai, diskusi peserta tentang hal ini belum memperoleh jawaban walaupun peserta saat itu banyak menyudutkan pembicara dan tidak memberikan kesempatan untuk berbicara. Saya mendapat gambaran bahwa sepertinya ada perang hadits. Saya sempat berandai-andai, seandainya saja Prof. Taat masih duduk di kursi pembicara, apa yang akan beliau katakan? Apakah sama dengan tanggapan saat saya dan teman-teman kuliah pagi bersama beliau, “Inilah contoh orang-orang yang berdiskusi dengan nafsunya, bukan logikanya?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komen yaa...jangan lupa kasih alamat blog kamu, nanti aku balik kunjungi ^_^
thanks!